Breaking News :
KanalLogoLogo
Kamis, 05 Juni 2025

Kesehatan

Angka Kematian Jemaah Haji Meningkat, Kemenkes Satukan Tim Kesehatan untuk Tekan Risiko

Ima KarimahSelasa, 03 Juni 2025 10:11 WIB
Angka Kematian Jemaah Haji Meningkat, Kemenkes Satukan Tim Kesehatan untuk Tekan Risiko

Direktur Jenderal SDM Kesehatan Kementerian Kesehatan Yuli Farianti, Kepala BPOM, dr. Taruna Ikrar, dan Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Muhammad Zain .

ratecard

MAKKAH - Pemerintah Indonesia mengambil langkah strategis untuk menekan angka kematian jemaah haji Indonesia, khususnya saat puncak ibadah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Hingga sepekan menjelang puncak haji, sebanyak 108 jemaah Indonesia dilaporkan meninggal dunia, lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu.

“Ini satu minggu sebelum puncak haji, data yang meninggal dunia lebih tinggi dari tahun lalu pada hari yang sama. Saat ini ada 108 orang jemaah yang meninggal dunia,” ujar Kepala BPOM, dr. Taruna Ikrar, yang juga anggota Tim Amirul Hajj.

Menurutnya, kondisi tersebut menjadi perhatian serius Tim Amirul Hajj. Ia menyerukan agar seluruh potensi yang dimiliki Indonesia dimaksimalkan guna memberikan layanan terbaik.

“Dalam kondisi tertentu, tidak mungkin dokter-dokter di sini yang jumlahnya terbatas bisa menangani dua jutaan orang jemaah. Sudah tepat langkah pemerintah Indonesia yang membawa petugas kesehatan ke sini untuk mendampingi para jemaah,” tambahnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal SDM Kesehatan Kementerian Kesehatan, Yuli Farianti, menyebut strategi yang diterapkan adalah penyatuan antara PPIH Arab Saudi Bidang Kesehatan dengan Tenaga Kesehatan Haji Kloter (TKHK). Tim gabungan ini akan disebar ke delapan markaz atau maktab guna mendampingi jemaah secara langsung.

“Strateginya adalah bersatunya PPIH yang akan dibagi menjadi 8 markaz/maktab. Para dokter spesialis akan standby di markaz tersebut. Para dokter dan perawat akan mengisi markaz yang TKHK-nya sedikit, sementara jumlah jemaahnya banyak,” jelas Yuli.

Namun, upaya ini menghadapi kendala izin operasional klinik dan praktik bagi tenaga medis Indonesia di Arab Saudi. Hal ini membatasi ruang gerak petugas kesehatan dalam memberikan layanan secara optimal.

“Sebab sesuai aturan, tempat pelayanan dan petugas kesehatan yang bertugas di suatu negara harus memiliki izin operasional/praktik di wilayah tersebut,” ungkap dr. Taruna.

Ia menambahkan bahwa banyak jemaah yang akhirnya menahan rasa sakit di hotel karena enggan dirujuk ke rumah sakit setempat, antara lain karena faktor bahasa dan rasa kesepian.

“Saya mendengar pelayanan kesehatan di sini (KKHI) kurang optimal karena permasalahan izin operasional. Banyak jemaah meninggal di hotel karena menahan rasa sakit. Mereka merasa stres jika harus dirujuk dan dirawat di RS sini—tidak ada teman, tidak bisa berkomunikasi karena tidak mengerti bahasanya,” tuturnya.

Sebagai tindak lanjut, dr. Taruna menyatakan akan segera bertemu dengan Menteri Kesehatan dan Menteri Haji Arab Saudi untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

“Saya bersama Amirul Hajj akan berbicara dengan Menteri Haji dan Menteri Kesehatan Arab Saudi,” pungkasnya.

Pilihan Untukmu