
TRENGGALEK - Kabupaten Trenggalek mengalami peningkatan kasus Tuberkulosis (TBC) yang signifikan pada semester pertama tahun 2025. Data Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) setempat mencatat 325 kasus TBC dari Januari hingga Mei 2025, meningkat dibanding periode sama tahun sebelumnya yang sebanyak 278 kasus.
Kepala Dinkes P2KB Trenggalek Sunarto menjelaskan, total kasus TBC sepanjang 2024 mencapai 709 kasus. Artinya, dalam lima bulan pertama 2025, kasus yang terdeteksi sudah mendekati separuh jumlah tahun lalu. Seluruh data ini telah tercatat dalam Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) Kementerian Kesehatan.
"Peningkatan kasus ini tidak sepenuhnya negatif. Ini menunjukkan skrining dini kami mulai membuahkan hasil," ujar Sunarto, Sabtu (7/6). Menurutnya, deteksi dini meningkatkan peluang kesembuhan dan mencegah penularan lebih luas.
Dinkes Trenggalek kini mengintensifkan skrining aktif melalui puskesmas dan kegiatan komunitas untuk memperluas jangkauan deteksi. Sunarto menekankan pentingnya pengobatan tuntas di fasilitas kesehatan untuk mencegah resistensi obat dan penyebaran penyakit.
Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat akan gejala TBC. Sunarto mengimbau warga segera memeriksakan diri jika mengalami batuk lebih dari dua minggu, demam tanpa sebab jelas, kelelahan berkepanjangan, atau penurunan berat badan.
"Penanganan dini sangat menentukan. Semakin cepat terdeteksi, semakin besar peluang sembuh total. Jangan menunggu gejala memburuk karena akan memperkecil kemungkinan kesembuhan," tegas Sunarto. Upaya ini diharapkan dapat menekan laju penularan TBC di Trenggalek.