JAKARTA — Harga Bitcoin kembali mencetak rekor tertinggi baru pada Kamis (22/5) dengan menembus angka 111.886 dolar AS, atau setara Rp 1,826 miliar (kurs Rp 16.322 per dolar AS). Data ini dilansir dari Coin Metrics dan dikutip CNBC pada pembukaan perdagangan di London, Inggris.
Setelah mencapai puncaknya, harga Bitcoin sedikit terkoreksi ke 111.012 dolar AS atau sekitar Rp 1,812 miliar.
Pendorong Kenaikan Harga Bitcoin
Kepala riset CoinShares, James Butterfill, menyatakan bahwa lonjakan harga ini dipicu oleh beberapa faktor, termasuk:
-
Momentum pasar yang kuat
-
Optimisme terhadap regulasi kripto di AS
-
Minat investor institusional yang terus meningkat
"Pergerakan harga Bitcoin didorong oleh campuran momentum positif, regulasi yang bersahabat, dan meningkatnya permintaan dari investor besar," ujar Butterfill.
Bitcoin Jadi Aset Alternatif di Tengah Ketidakstabilan
Uniknya, kenaikan ini terjadi meski pasar saham AS melemah pada Rabu (21/5). Biasanya, Bitcoin berkorelasi dengan indeks Nasdaq, namun kali ini bergerak berbeda. Hal ini disebut sebagai indikasi bahwa investor mulai melihat Bitcoin sebagai tempat penyimpanan nilai alternatif, mirip dengan emas.
Faktor lainnya yang turut mendorong harga adalah:
-
Kekhawatiran makroekonomi, termasuk pemangkasan peringkat utang AS oleh Moody’s
-
Narasi Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap instabilitas mata uang fiat
Dukungan Politik dan Institusi Besar
Di sisi regulasi, ada kabar positif dari Washington. RUU GENIUS untuk mengatur stablecoin berhasil lolos tahap pemungutan suara prosedural penting di Senat AS. Dukungan terhadap kripto juga datang dari:
-
Presiden AS Donald Trump
-
Tokoh teknologi David Sacks, yang pro-kripto dan AI
-
CEO JPMorgan Jamie Dimon, yang mulai melunak dan mengizinkan klien membeli Bitcoin
Kondisi ini memperkuat sentimen positif pasar kripto secara menyeluruh.
