Breaking News :
KanalLogoLogo
Jumat, 30 Mei 2025

Ekbis

RI Gandeng China untuk Hilirisasi Nikel, Bahlil: Mereka Punya Komitmen dan Kesetiaan

Mita BerlianaSenin, 26 Mei 2025 19:01 WIB
RI Gandeng China untuk Hilirisasi Nikel, Bahlil: Mereka Punya Komitmen dan Kesetiaan

Hilirisasi Nikel

ratecard

JAKARTA – Pemerintah Indonesia memutuskan menggandeng China sebagai mitra utama dalam program hilirisasi nikel. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa pilihan ini didasari oleh komitmen dan kesetiaan investor China dalam merealisasikan investasi di sektor hilirisasi.

“Yang benar-benar mau setia dan komitmen untuk investasi itu China,” tegas Bahlil saat menghadiri
Energi dan Mineral Forum 2025 di Jakarta, Senin (26/5).

Menurut Bahlil, negara-negara seperti Amerika Serikat dan Eropa kerap meminta prioritas dari Indonesia dalam pengembangan industri nikel. Namun, menurutnya, komitmen mereka lemah, lebih banyak mengajukan proposal tanpa realisasi nyata.

“Saya ibaratkan seperti hubungan cewek dan cowok. Semua orang kita ajak datang. Tapi banyak yang cuma datang, cium-cium, lalu lari. Tidak ada kesetiaan,” ujarnya menyindir gaya investasi negara-negara Barat.

Pemerintah Indonesia, lanjut Bahlil, tetap terbuka bagi semua negara, termasuk Korea Selatan dan Jepang, namun prioritas diberikan kepada yang menunjukkan keseriusan dan realisasi investasi konkret.

Target 2 Juta Kendaraan Listrik pada 2027-2028

Bahlil juga mengungkapkan bahwa hilirisasi nikel menjadi bagian dari upaya membangun ekosistem kendaraan listrik (EV) nasional. Pemerintah akan melakukan groundbreaking pabrik baterai EV pada Juni 2025, sebagai langkah awal mendukung target produksi 2 juta kendaraan listrik pada tahun 2027–2028.

“Kalau targetnya dua juta unit, maka kita butuh kapasitas baterai sekitar 150 gigawatt. Karena 10 gigawatt itu hanya cukup untuk 150 ribu mobil,” jelasnya.

Peluang Masih Terbuka, Tapi Harus Serius

Meski China diberi prioritas, Bahlil memastikan bahwa Indonesia tidak menutup pintu bagi negara lain. Namun, ia menegaskan bahwa hanya negara yang benar-benar serius dan bersedia berinvestasi nyata yang akan diberikan peluang.

“Silakan siapa pun mau masuk. Tapi jangan hanya proposal banyak, realisasi minim. Kita butuh mitra yang setia dan berani,” pungkasnya.

Pilihan Untukmu