
MALANG – Kota Malang mencatat lonjakan signifikan dalam permintaan layanan kesehatan mental dari generasi Z. Mereka mendominasi layanan konseling yang diselenggarakan oleh organisasi Indonesia Sehat Jiwa, dengan keluhan mulai dari depresi berat hingga gangguan bipolar.
Ketua Indonesia Sehat Jiwa, Sofia Ambarini, mengungkapkan bahwa dari seluruh pasien yang dilayani, sekitar 80–85 persen berasal dari kelompok usia Gen Z. "Pasien kami termuda berusia 16 tahun. Sebagian besar adalah pelajar SMA dan orang muda yang sudah bekerja," jelasnya pada Sabtu (31/5).
Permasalahan yang dihadapi tidak ringan. Banyak dari mereka datang karena tekanan hidup, perundungan, trauma pengasuhan, hingga jeratan pinjaman online yang kian marak. Gangguan mental ini sering kali berkembang karena tidak adanya tempat aman untuk bercerita.
Stigma ‘Laki-laki Tidak Bercerita’ Jadi Alarm Sosial
Ironisnya, kasus ide bunuh diri justru paling tinggi ditemukan pada pasien laki-laki. Dari data yang dihimpun, 95 persen di antaranya berasal dari kaum pria yang cenderung memendam perasaan. “Mereka tidak tahu harus cerita ke mana, atau tidak percaya orang lain,” ungkap Sofia.
Masalah ini mempertegas pentingnya menghapus stigma bahwa laki-laki harus selalu kuat dan tidak boleh menunjukkan emosi. Stigma tersebut terbukti berbahaya, karena membuat banyak pria enggan mencari bantuan ketika mengalami krisis psikologis.
Indonesia Sehat Jiwa sendiri telah menangani lebih dari 20 kasus bunuh diri yang berhasil dicegah melalui pendekatan konseling dan dukungan emosional. Layanan ini dianggap krusial untuk menjaga keselamatan generasi muda.
Konseling Gratis di Gedung MCC dan PMI Kota Malang
Untuk menjawab kebutuhan mendesak ini, Indonesia Sehat Jiwa mendirikan layanan konseling gratis bernama Pojok Curhat di Gedung Malang Creative Center (MCC). Layanan ini dibuka setiap Senin dan Kamis dari pukul 10.00 hingga 16.00 WIB sejak pertengahan April 2025.
Tak hanya secara offline, sejak 2023 mereka juga menyediakan layanan konseling gratis berbasis daring. Hingga kini, sekitar 300 orang telah memanfaatkan fasilitas tersebut, dengan kisaran 80 hingga 90 orang datang langsung ke MCC.
Kerja sama juga dilakukan dengan PMI Kota Malang dengan mendirikan Poli Psikologi sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (faskes 1) yang menerima rujukan BPJS. Seorang psikolog telah ditempatkan di sana secara resmi dengan surat izin praktik.
Normalisasi Kesehatan Mental Jadi Prioritas
Sofia menegaskan, pentingnya menjadikan layanan psikologis sebagai bagian dari budaya berobat masyarakat. “Kami ingin masyarakat datang ke psikolog seperti datang ke dokter umum saat flu,” katanya.
Langkah ini sejalan dengan misi mereka untuk menormalkan pencarian bantuan psikologis. Dengan pendekatan terbuka dan tanpa stigma, diharapkan lebih banyak anak muda merasa aman untuk mencari pertolongan sebelum terlambat.
Meningkatnya kesadaran mental di kalangan Gen Z menjadi tantangan sekaligus peluang untuk membangun sistem dukungan yang lebih ramah, inklusif, dan responsif terhadap kebutuhan mereka.