
JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengumumkan keberhasilan produk gitar buatan Indonesia meraih potensi transaksi awal senilai US$202.950 atau setara Rp3,33 miliar (kurs Rp16.400) dalam pameran alat musik internasional Sound Messe Osaka 2025 di Jepang. Capaian ini menunjukkan daya tarik produk alat musik Tanah Air di kancah global, dengan lebih dari 15 calon pembeli potensial asal Jepang dan negara lain menunjukkan minat serius.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag Fajarini Puntodewi menjelaskan bahwa partisipasi Indonesia dalam ajang bergengsi ini membuktikan komitmen pemerintah dalam mengembangkan ekspor alat musik berkualitas.
"Keberhasilan ini tidak hanya sekadar angka transaksi, tetapi juga pengakuan internasional terhadap kualitas gitar Indonesia yang mampu bersaing dengan produsen global," tegas Puntodewi dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu (31/5).
Untuk memastikan potensi transaksi awal ini berlanjut menjadi kerja sama jangka panjang, Kemendag akan mengerahkan perwakilan perdagangan untuk mendampingi enam produsen gitar peserta pameran. Pendampingan intensif ini mencakup negosiasi lanjutan, penyesuaian spesifikasi produk, hingga fasilitasi pembayaran ekspor. Strategi ini diharapkan dapat mengkonversi trial order menjadi kontrak ekspor tetap yang lebih besar nilainya.
Konsul Jenderal RI di Osaka John Tjahjanto Boestami mengungkapkan optimisme terhadap prospek pasar alat musik Indonesia di Jepang. "Gitar Indonesia telah membangun reputasi khusus di pasar Jepang yang dikenal sangat selektif. Partisipasi berkelanjutan dalam pameran ini merupakan strategi untuk memperluas jaringan bisnis dengan distributor global," papar John.
Data kinerja ekspor alat musik Indonesia menunjukkan tren positif. Pada 2024, Indonesia menempati posisi keempat sebagai eksportir alat musik terbesar dunia dengan nilai US$613,96 juta (pangsa pasar 7,66%), mengungguli banyak negara produsen tradisional. Meski masih berada di bawah China (US$2,26 miliar; 28,17%), pencapaian ini membuktikan peningkatan signifikan dalam industri kreatif Tanah Air.
Di pasar spesifik Jepang, posisi Indonesia semakin menguat. Berdasarkan data Japan Customs, Indonesia menjadi pemasok keempat gitar akustik ke Negeri Sakura dengan nilai US$2,40 juta (pangsa 7,2%) pada 2024, di bawah Amerika Serikat (US$13,56 juta; 40,8%) dan China (US$11,82 juta; 35,6%). Secara keseluruhan untuk semua jenis alat musik, Indonesia bahkan menempati posisi kedua eksportir ke Jepang dengan nilai US$109,24 juta (22,33%), hanya terpaut tipis dari China (US$127,7 juta; 26,1%).
Keberhasilan ini tidak lepas dari keunggulan kompetitif gitar Indonesia yang memadukan kualitas bahan baku kayu tropis dengan ketrampilan pengrajin lokal. Beberapa merek gitar Indonesia seperti Yamaha Indonesia dan Custom Shop telah diakui setara dengan produk-produk Eropa dan Amerika.
Pemerintah melalui berbagai kebijakan terus mendorong peningkatan nilai tambah produk alat musik. Beberapa langkah strategis yang sedang dijalankan meliputi:
1. Program sertifikasi bahan baku kayu berkelanjutan
2. Pelatihan peningkatan kualitas tenaga kerja
3. Fasilitasi pengembangan desain inovatif
4. Dukungan pembiayaan ekspor bagi UMKM
5. Promosi intensif di pasar-pasar potensial
Dengan dukungan menyeluruh ini, industri alat musik Indonesia diharapkan tidak hanya bertahan di tengah persaingan global, tetapi juga mampu meningkatkan nilai ekspor secara signifikan dalam lima tahun ke depan. Targetnya adalah masuk tiga besar eksportir alat musik dunia, menggeser posisi negara-negara tradisional yang mulai kehilangan daya saing.
Sound Messe Osaka sendiri merupakan pameran alat musik terbesar di Asia yang diikuti lebih dari 300 perusahaan dari 30 negara. Keberhasilan Indonesia tahun ini diharapkan menjadi pintu masuk untuk memperluas jaringan distribusi ke pasar-pasar baru di Eropa dan Amerika Utara.
Para pelaku industri alat musik Tanah Air menyambut baik pencapaian ini. "Ini membuktikan bahwa dengan kualitas dan desain yang tepat, produk Indonesia mampu bersaing di pasar premium seperti Jepang," ujar perwakilan Asosiasi Pengrajin Gitar Indonesia yang turut serta dalam pameran.
Kemendag memproyeksikan nilai ekspor alat musik Indonesia dapat tumbuh 15-20% pada 2025, dengan gitar sebagai produk andalan. Optimisme ini didukung oleh permintaan global yang terus meningkat seiring pulihnya industri hibilan pasca pandemi.