
JAKARTA - Jemaah haji Indonesia diminta mewaspadai potensi heat stroke atau serangan panas akibat cuaca ekstrem yang diperkirakan mencapai 50 derajat Celsius selama puncak ibadah haji di Arab Saudi. Peringatan ini disampaikan langsung oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar yang juga menjabat sebagai Anggota Amirul Hajj, dalam keterangan resmi dari Jeddah pada Sabtu (31/5).
Menurut Taruna, tubuh manusia umumnya hanya mampu mentolerir suhu maksimal 40 derajat Celsius. "Kondisi di Tanah Suci yang bisa mencapai 50 derajat berarti ada kelebihan suhu ekstrem yang harus diwaspadai," jelasnya. Ia menekankan pentingnya kesiapan fisik dan pemahaman tentang penanganan darurat heat stroke bagi seluruh jemaah.
Untuk mencegah serangan panas, Taruna memberikan beberapa rekomendasi penting:
1. Memperbanyak konsumsi air zamzam dan air mineral untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh
2. Mengenali tanda-tanda awal kelelahan seperti pusing dan lemas
3. Segera mencari tempat teduh jika muncul gejala tidak nyaman
4. Memprioritaskan ibadah malam hari bagi yang memiliki riwayat heat stroke
"Ketika pembuluh darah melebar akibat panas ekstrem, cairan tubuh yang cukup akan membantu menjaga stabilitas kondisi fisik," ujar Taruna seraya menambahkan bahwa air zamzam yang mengandung mineral alami sangat baik untuk rehidrasi.
Bagi jemaah yang mulai merasakan gejala heat stroke, langkah pertolongan pertama yang dianjurkan meliputi:
- Segera berbaring di tempat yang sejuk
- Memberikan ruang untuk sirkulasi udara
- Memijat lembut bagian punggung dan kaki
- Mengompres dengan air dingin
- Memberikan minum jika korban masih sadar
Taruna juga mengingatkan pentingnya sistem pendampingan antar jemaah. "Saling mengawasi dan mengingatkan dalam kelompok sangat vital. Jika ada yang terlihat kelelahan, segera bantu untuk beristirahat," pesannya.
Peringatan ini muncul menyusul laporan Badan Meteorologi Arab Saudi yang memprediksi gelombang panas ekstrem selama periode wukuf di Arafah pada 5 Juni 2025. Suhu siang hari diperkirakan konsisten di atas 45 derajat Celsius dengan puncak mencapai 50 derajat.
Sebagai bagian dari tim Amirul Hajj, BPOM telah menyiapkan sejumlah langkah antisipasi, termasuk:
- Penyediaan posko kesehatan tambahan di lokasi-lokasi strategis
- Pembagian panduan kesehatan dalam bentuk kartu pintar
- Peningkatan stok obat-obatan penunjang di kloter
- Pelatihan petugas kesehatan haji dalam penanganan heat stroke
"Kami telah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan Arab Saudi untuk memastikan tersedianya fasilitas penunjang di semua lokasi ibadah," tambah Taruna.
Meski cuaca ekstrem menjadi tantangan serius, Taruna meyakinkan bahwa dengan persiapan yang matang, jemaah Indonesia dapat menjalankan ibadah dengan lancar. "Kuncinya adalah disiplin dalam menjaga kesehatan, tidak memaksakan diri, dan segera mencari pertolongan jika diperlukan," tegasnya.
Pemerintah melalui Kementerian Agama telah menginstruksikan seluruh petugas haji untuk meningkatkan pengawasan terhadap kondisi jemaah, terutama kelompok lansia dan yang memiliki riwayat penyakit. Pemantauan suhu tubuh rutin juga akan dilakukan, khususnya saat jemaah melaksanakan ibadah di area terbuka seperti Arafah dan Mina.
Para dokter kloter telah dibekali dengan protokol khusus penanganan heat stroke yang mencakup langkah-langkah stabilisasi sebelum dirujuk ke rumah sakit. Alat pengukur suhu tubuh digital juga telah disiapkan di setiap kelompok terbang.
"Kami berharap seluruh jemaah bisa menyelesaikan rangkaian ibadah dengan selamat. Cuaca panas bukan halangan selama kita semua waspada dan saling menjaga," pungkas Taruna menutup pernyataannya.
Masyarakat di tanah air dapat memantau perkembangan terbaru melalui kanal resmi BPOM dan Kementerian Agama. Keluarga jemaah juga diimbau untuk tidak panik dan mempercayakan penanganan kesehatan kepada petugas yang telah disiapkan.