
JAKARTA – Menjelang Hari Raya Iduladha, Anggota Komisi IV DPR RI Daniel Johan mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai peredaran sapi gelonggongan, yakni sapi yang dipaksa minum air secara berlebihan agar terlihat lebih berat saat ditimbang. Ia juga mendorong pemerintah, khususnya di daerah, untuk masif memberikan edukasi kepada masyarakat serta menindak tegas pedagang curang.
“Praktik ini bukan hanya merugikan konsumen dari sisi ekonomi, tapi juga mengancam kesehatan publik,” ujar Daniel dalam keterangan pers yang dikutip Parlementaria, Selasa (3/6).
Daniel menyebut praktik gelonggongan kerap terjadi setiap tahun menjelang Iduladha, namun respons pemerintah daerah masih dinilai lemah. Ia menyoroti peran dinas peternakan dan kesehatan hewan di daerah yang seharusnya mengambil langkah konkret dalam pengawasan penjualan hewan kurban.
“Pemda, khususnya dinas peternakan dan dinas kesehatan hewan, harus mengambil langkah konkret menghadapi praktik penipuan ini,” tegas Legislator dari Dapil Kalimantan Barat I tersebut.
Menurutnya, sapi gelonggongan mengalami stres metabolik dan kerusakan organ akibat dipaksa minum dalam jumlah besar menjelang penyembelihan. Dampaknya, daging cepat rusak dan tidak layak konsumsi, apalagi bagi anak-anak, lansia, atau orang dengan masalah kesehatan.
“Bagi anak-anak, lansia, atau mereka yang memiliki masalah kesehatan, mengonsumsi daging seperti ini berisiko tinggi menimbulkan gangguan pencernaan bahkan infeksi,” jelas Daniel.
Secara syariat, praktik gelonggongan juga bertentangan dengan prinsip kesejahteraan hewan dan tata cara penyembelihan dalam Islam. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University, Dr drh Denny Widaya Lukman, yang menyebut gelonggongan sebagai praktik penyiksaan terhadap hewan.
Sapi gelonggongan biasanya dipaksa minum melalui selang 1-2 jam sebelum disembelih, sehingga bobot tubuhnya bisa naik 20-40 persen. Ciri fisiknya antara lain perut membesar, tampak lemah, bahkan sulit berdiri. Setelah disembelih, dagingnya tampak basah, dan bila digantung, meneteskan air. Namun, jika sudah dibekukan, daging gelonggongan sulit dibedakan secara kasat mata.
Daniel pun mengimbau masyarakat agar memilih daging dalam kemasan berlabel agar lebih terjamin kualitas dan keamanannya.
“Sapi gelonggongan adalah persoalan moral sekaligus sistem pengawasan. Ini harus menjadi perhatian bersama,” tandasnya.