MALANG - Pemerintah Kota Malang mendukung penuh rencana implementasi Trans Jatim koridor Malang Raya dengan mengusulkan pemanfaatan angkutan kota (angkot) sebagai feeder. Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang telah berkoordinasi dengan paguyuban angkot setempat untuk mengintegrasikan layanan tersebut.  

Kepala Dishub Kota Malang Widjaja Saleh Putra menjelaskan, usulan penggunaan mikrobus sebagai armada utama didasari keterbatasan kapasitas jalan di wilayahnya. "Kondisi jalan di Kota Malang tidak memungkinkan untuk bus besar seperti di koridor Trans Jatim lain. Kami sarankan menggunakan mikrobus," jelas Widjaja pada Minggu (8/6).  

Dua alternatif rute telah diajukan kepada Pemprov Jatim. Rute pertama melalui pusat kota melewati Jalan Ahmad Yani, sementara rute kedua melingkari luar kota dari Karanglo menuju Terminal Hamid Rusdi via Jalan Raden Intan, Sulfat, hingga Kyai Ageng Gribig.  

Saat ini Dishub Kota Malang sedang menjajaki kerja sama dengan paguyuban angkot untuk berperan sebagai feeder Trans Jatim. Langkah ini sekaligus menjadi solusi atas rendahnya tingkat keterisian angkot konvensional yang kerap hanya mengangkut 2-3 penumpang per trip.  

"Kami sudah berdiskusi intensif dengan paguyuban. Ini peluang untuk meningkatkan efisiensi angkot yang ada," ujar Widjaja. Sistem feeder diharapkan dapat mengoptimalkan armada angkot yang ada dengan mengangkut penumpang dari dan menuju halte Trans Jatim.  

Meski Pemprov Jatim menargetkan operasional Oktober 2025, kemungkinan penundaan masih terbuka. Untuk tarif, Dishub Kota Malang memastikan tidak ada perubahan dari tarif angkot saat ini karena tidak ada alokasi subsidi khusus dari pemkot.  

"Yang penting kita mulai dulu. Jika ada kekurangan nanti bisa diperbaiki bersama. Kami sudah dapat komitmen dari paguyuban angkot," pungkas Widjaja menegaskan.