
JAKARTA - Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Majalengka terus mencatat kerugian operasional mencapai Rp60 miliar per tahun meski telah menelan biaya pembangunan Rp2,6 triliun. Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengakui bandara yang diresmikan 2018 ini belum beroperasi optimal, dengan istilah lokal "selong" (besar tapi kosong) untuk menggambarkan kondisinya.
Proyek yang digagas sejak era Presiden Megawati ini dikelola PT BIJB dengan komposisi saham mayoritas (82,29%) dimiliki Pemprov Jabar. Kawasan seluas 1.800 hektar ini dirancang sebagai bandara terintegrasi dengan Aerocity yang mencakup pusat logistik, MRO pesawat, dan kawasan komersial.
Kementerian Perhubungan telah menyusun empat strategi penyelamatan:
1. Integrasi seluruh area bandara dengan sistem transportasi terpadu
2. Pengembangan fasilitas non-aeronautika seperti hotel dan MICE
3. Optimalisasi e-commerce hub berkapasitas 500.000 ton kargo/tahun
4. Penguatan fasilitas MRO pesawat di lahan 84,2 hektar
Sepanjang 2024, Bandara Kertajati mencatat 413.240 penumpang dengan rute utama Denpasar, Medan, dan Balikpapan. Pemerintah terus mendorong peningkatan frekuensi penerbangan termasuk untuk jemaah haji/umrah guna mengurangi beban kerugian tahunan.