
JAKARTA - Pasar minyak dunia mengalami gejolak signifikan dengan kenaikan harga sekitar 3% pada Kamis (19/6), dipicu oleh eskalasi ketegangan antara Israel dan Iran. Kenaikan ini terjadi setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan militer untuk mengintensifkan serangan ke target strategis Iran, termasuk di ibu kota Teheran.
Minyak mentah Brent sebagai patokan global mencatat kenaikan $2,15 (2,8%) menjadi $78,85 per barel, level tertinggi sejak 22 Januari 2025. Sementara minyak mentah AS (WTI) sempat menyentuh kenaikan 3,2% ke level $77,58 per barel. Eskalasi konflik ini muncul setelah serangan rudal Iran menghantam rumah sakit di Beersheba, Israel selatan.
Ketidakpastian semakin meningkat dengan sinyal campur tangan Amerika Serikat. Presiden Donald Trump menyatakan masih mempertimbangkan serangan terhadap program nuklir Iran, dengan keputusan diperkirakan dalam dua minggu ke depan. "Tidak ada yang tahu apa yang akan saya lakukan," ujar Trump seperti dikutip CNBC.
Analis JPMorgan Natasha Kaneva memperingatkan potensi dampak jangka panjang jika terjadi perubahan rezim di Iran, salah satu produsen utama OPEC. "Ketidakstabilan di Iran bisa memicu kenaikan harga minyak signifikan dalam waktu lama, karena pasokan yang hilang sulit cepat dipulihkan," jelas Kaneva. Peringatan ini semakin memperkuat sentimen kenaikan harga di pasar minyak global.