
PT Gudang Garam Tbk (GGRM) tengah menghadapi tantangan berat seiring penurunan kinerja keuangan dan harga saham yang terus merosot. Perusahaan rokok besar ini harus bersaing ketat dengan produsen rokok menengah dan kecil, sementara beban cukai terus meningkat setiap tahun.
Berdasarkan laporan di laman BEI, laba bersih Gudang Garam pada 2024 hanya mencapai Rp980,8 miliar, turun drastis 81,57% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp5,32 triliun. Kondisi ini memaksa perusahaan menghentikan pembelian tembakau dari petani Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, karena stok yang menumpuk di gudang.
Harga saham GGRM juga terus mengalami penurunan signifikan. Pada perdagangan Jumat (20/6/2025), saham Gudang Garam ditutup di level Rp9.100 per lembar. Angka ini sangat kontras dibandingkan masa kejayaannya di awal 2019, ketika saham GGRM sempat mencapai Rp83.650. Bahkan pada 8 April 2025, harga saham sempat menyentuh titik terendah Rp8.675, jauh di bawah posisi setahun sebelumnya yang masih bertahan di Rp18.550.
Bupati Temanggung Agus Setyawan mengonfirmasi bahwa penurunan penjualan rokok menjadi penyebab utama penghentian pembelian tembakau dari petani setempat. "Stok bahan baku di Gudang Garam sudah berlebih, cukup untuk produksi hingga empat tahun ke depan," ujarnya.
Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, termasuk persaingan industri dan kebijakan cukai, prospek saham dan kinerja Gudang Garam ke depan masih dipenuhi ketidakpastian.