
LONDON - Wakil Menteri Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh memperingatkan bahwa keterlibatan Amerika Serikat dalam serangan Israel ke Iran akan menimbulkan malapetaka bagi kawasan Timur Tengah. Dalam wawancara dengan BBC, Khatibzadeh menegaskan konflik yang telah berlangsung seminggu ini merupakan persoalan antara Iran dan Israel, bukan urusan AS.
"Jika Presiden Trump memutuskan untuk campur tangan, dia akan dikenang sebagai pemimpin yang ikut campur dalam perang yang bukan urusannya," kata Khatibzadeh. Menurutnya, partisipasi AS berpotensi mengubah konflik menjadi kekacauan yang lebih luas dengan serangan berantai yang tak terkendali.
Peringatan ini disampaikan setelah serangan rudal Iran menghantam area dekat Rumah Sakit Soroka di Israel, yang menurut Teheran menargetkan situs militer. Sementara Israel membalas dengan menyerang fasilitas nuklir Iran termasuk reaktor Arak dan kompleks Natanz.
Khatibzadeh menegaskan serangan Iran sebagai tindakan defensif berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB. Dia menyatakan Iran sebenarnya sedang dalam proses diplomasi nuklir sebelum Israel melancarkan serangan pada 13 Juni yang menewaskan sejumlah ilmuwan nuklir.
"Mereka (Israel) menyabotase pembicaraan ketika kami hampir mencapai kesepakatan di Muscat," ujarnya. Khatibzadeh juga mengkritik pernyataan Trump yang dianggapnya kontradiktif tentang konflik ini.
Sementara itu, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) melaporkan Iran telah mengumpulkan uranium diperkaya 60%, mendekati kadar senjata nuklir. Iran membantah tuduhan ini dengan menyatakan program nuklirnya murni damai.
Di tengah ketegangan, upaya diplomasi terus dilakukan. Utusan AS dan pejabat Iran dilaporkan telah melakukan sejumlah pembicaraan, meski Teheran menegaskan tidak akan kembali ke meja perundingan sebelum Israel menghentikan serangan.
Keterlibatan Inggris sebagai sekutu AS juga menjadi sorotan. Pakar memperkirakan pangkalan militer Inggris di Diego Garcia dan Siprus mungkin akan dimanfaatkan AS jika memutuskan ikut campur, meski London menegaskan perannya akan bersifat defensif.
Iran telah mengisyaratkan akan membalas setiap negara yang membantu serangan terhadapnya, termasuk kemungkinan target fasilitas militer Inggris di kawasan jika London terlibat. Situasi ini semakin mengkhawatirkan mengingat 20-30% pasokan minyak dunia melewati Selat Hormuz yang rawan konflik.