
JAKARTA - Kriminolog Universitas Indonesia Adrianus Meliala mengusulkan solusi radikal untuk mengatasi maraknya tawuran pelajar dengan menyarankan sekolah yang terlibat tidak menerima siswa baru selama tiga tahun berturut-turut. Menurutnya, langkah ini diperlukan untuk memutus rantai kekerasan antarangkatan yang selama ini menjadi penyebab tawuran berulang. "Sekolah perlu berani mengambil tindakan tegas. Dengan tidak menerima siswa baru selama tiga tahun, angkatan pertama yang masuk nanti tidak akan mengenal budaya kekerasan dari senior," jelas Adrianus saat dihubungi Kompas.com, Senin (23/6).
Usulan ini muncul menyusul kembali terjadinya tawuran antarwarga di Jalan Dr Saharjo, Tebet, Jakarta Selatan pada Jumat (20/6) sore. Bentrokan yang dipicu lemparan petasan dari Gang Manggis RW 007 ke Gang Sawo RW 009 ini mengakibatkan satu korban luka terbuka di bagian dagu dan kepala. Adrianus menekankan bahwa selama penanganan tawuran tidak menyentuh akar masalah, yaitu budaya kekerasan yang diwariskan antarangkatan sekolah, maka masalah ini akan terus berulang.
Solusi tiga tahun tanpa penerimaan siswa baru dinilai mampu menciptakan generasi baru yang terbebas dari pengaruh senior pelaku kekerasan. Menurut Adrianus, pendekatan ini lebih efektif dibandingkan sekadar memberikan sanksi kepada pelaku tanpa mengubah lingkungan sekolah yang memungkinkan kekerasan terus terjadi. Kasus terbaru di Tebet menunjukkan bagaimana konflik sepele bisa bereskalasi menjadi kekerasan massal ketika budaya tawuran sudah mengakar di suatu komunitas.