Breaking News :
KanalLogoLogo
Rabu, 16 Juli 2025

Politik

Trump Beri Ultimatum 50 Hari ke Putin: Hentikan Perang Ukraina atau Hadapi Sanksi 100%

Mita BerlianaSelasa, 15 Juli 2025 18:30 WIB
Trump Beri Ultimatum 50 Hari ke Putin: Hentikan Perang Ukraina atau Hadapi Sanksi 100%

trump

ratecard

WASHINGTON DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeluarkan ultimatum keras kepada Vladimir Putin untuk menghentikan perang di Ukraina dalam waktu 50 hari. Dalam pertemuan dengan Sekjen NATO Mark Rutte di Ruang Oval pada Selasa (15/7), Trump mengancam akan memberlakukan tarif impor 100% terhadap Rusia jika permintaan ini tidak dipenuhi.  

"Kami akan menerapkan tarif yang sangat besar - sekitar 100 persen - jika tidak ada resolusi dalam 50 hari," tegas Trump seperti dilansir AFP. Ancaman ini diperkuat dengan rencana "tarif sekunder" yang akan menyasar mitra dagang utama Rusia seperti China, India, Turki, dan Belarus untuk memperlemah ketahanan ekonomi Moskow.  

Bersamaan dengan ancaman sanksi, Trump dan Rutte mengumumkan paket bantuan militer NATO senilai miliaran dolar AS untuk Ukraina, termasuk sistem pertahanan udara Patriot. "Ini sangat signifikan," ujar Rutte, menyebut langkah ini sebagai upaya pemerataan beban di antara sekutu NATO.  

Dalam wawancara dengan BBC, Trump mengaku kecewa dengan Putin namun tetap membuka ruang diplomasi. "Saya hampir tidak mempercayai siapa pun," katanya, sambil bercerita bagaimana istrinya Melania sering membuka matanya tentang situasi aktual di Ukraina.  

Respons internasional terbelah. Senator AS Lindsey Graham dan Richard Blumenthal mendukung ultimatum ini, sementara Uni Eropa melalui Kaja Kallas menilai 50 hari terlalu lama bagi warga sipil Ukraina yang terus menderita. China melalui juru bicara Kemenlu Lin Jian mengecam sanksi ini sebagai tindakan sepihak yang ilegal.  

Di medan perang, Rusia mengklaim kemajuan di Donetsk dan Zaporizhzhia, sementara Presiden Ukraina Zelensky melakukan reshuffle kabinet dengan mencalonkan Menteri Ekonomi Yulia Svyrydenko sebagai PM baru dan menggeser PM petahana Denys Shmyhal ke posisi menteri pertahanan.

Pilihan Untukmu