
Jakarta – Seorang balita berinisial R, asal Sukabumi, meninggal dunia di RSUD Syamsudin Sukabumi setelah menjalani perawatan intensif selama sembilan hari sejak 13 Juli 2025. Pasien datang ke instalasi gawat darurat (IGD) dalam kondisi penurunan kesadaran dan didiagnosis sepsis berat yang diperburuk dengan malnutrisi, stunting, serta meningitis tuberkulosis (TBC).
Ketua Kolegium Parasitologi Klinik, Prof. dr. Agnes Kurniawan, Sp.Par.K, menegaskan penyebab kematian pasien bukan cacing gelang (ascaris lumbricoides) sebagaimana sempat ramai diberitakan. Menurutnya, pasien sudah masuk rumah sakit dalam kondisi kritis. “Albendazole tidak langsung membunuh cacing, tetapi memicu migrasi keluar tubuh. Foto abdomen tidak menunjukkan sumbatan usus yang bisa menyebabkan peritonitis,” jelasnya.
Senada, Prof. dr. Anggraini, Sp.A(K), spesialis anak, menegaskan bahwa berdasarkan pemeriksaan ditemukan infeksi di sistem saraf pusat serta sepsis. Ia menambahkan, cacing gelang dewasa tidak mungkin masuk ke otak, paru, atau jantung karena ukurannya yang besar. “Larva cacing memang bisa melalui pembuluh darah dan saluran napas sehingga kadang memicu gangguan pernapasan, tetapi tidak menyebabkan kematian,” katanya.
Dokter penanggung jawab pasien, dr. Sianne, Sp.A, menjelaskan bahwa saat tiba di IGD balita R sudah tidak sadar dengan riwayat demam tinggi dan batuk sejak sehari sebelumnya. Riwayat medis juga menunjukkan pasien telah lebih dari sepuluh kali mendapat pengobatan tidak jelas dalam tiga bulan terakhir akibat demam dan batuk. “Sejak awal pasien datang sudah dalam kondisi penurunan kesadaran,” tegasnya.
Selama perawatan, tim medis menemukan cacing gelang dewasa di tubuh pasien. Hasil radiologi toraks menunjukkan adanya TBC paru aktif dan pneumonia, sementara radiologi abdomen memperlihatkan banyak cacing tanpa tanda sumbatan. CT scan kepala juga mengonfirmasi meningitis. Pasien menjalani terapi lengkap, mulai dari obat anti-TB, antibiotik, koreksi elektrolit, hingga obat cacing albendazole. Setelah pemberian albendazole, pasien mengeluarkan banyak cacing melalui buang air besar selama beberapa hari.
Namun, kondisi R tak membaik. Balita tersebut meninggal dunia pada Senin (21/7) pukul 14.24 WIB dengan diagnosis akhir sepsis, malnutrisi berat kwashiorkor, stunting, serta meningitis TB stadium 3 sebagai penyebab dasar. Terkait kabar bahwa cacing yang keluar mencapai 1 kg, pihak rumah sakit menegaskan hal itu tidak benar karena tidak pernah dilakukan penimbangan. Kasus ini menjadi pengingat penting akan bahaya TBC lanjut, malnutrisi, serta infestasi parasit, sehingga masyarakat diimbau meningkatkan gizi anak, menjaga sanitasi, dan melakukan deteksi dini penyakit menular.