MALANG - Tiga tahun telah berlalu sejak Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 suporter Arema FC usai pertandingan melawan Persebaya Surabaya pada 1 Oktober 2022, dimana insiden tersebut terjadi akibat kepanikan massal setelah aparat menembakkan gas air mata ke arah tribun yang menyebabkan ribuan penonton terjebak di Gate 13.

General Manager Arema FC Yusrinal Fitriandi menyatakan bahwa klub menggelar khataman Alquran dan doa bersama sebagai bentuk penghormatan sekaligus komitmen untuk terus mengingat, berbenah, dan memperkuat ikatan dengan keluarga korban.

Yusrinal menegaskan bahwa tragedi ini menjadi titik balik bagi klub untuk memperjuangkan budaya sepak bola yang lebih aman dan bertanggung jawab, dengan mewujudkan transformasi suporter menuju dukungan yang lebih sehat, harmonis, dan bermartabat.

Arema FC juga menyampaikan permintaan maaf sebesar-besarnya kepada keluarga korban sambil mengakui bahwa segala upaya yang dilakukan masih jauh dari sempurna, namun janji untuk terus berjuang dan membersamai keluarga korban tidak akan pernah berhenti. Tragedi Kanjuruhan sendiri tercatat sebagai tragedi sepak bola paling mematikan kedua dalam sejarah dunia setelah Tragedi Estadio Nacional di Peru.