Breaking News :
KanalLogoLogo
Rabu, 03 Desember 2025

Sosial

Air Hujan di Malang Terkontaminasi Mikroplastik, Pembakaran Sampah Plastik Disebut Sebagai Sumber Utama

Mita BerlianaSelasa, 18 November 2025 13:07 WIB
Air Hujan di Malang Terkontaminasi Mikroplastik, Pembakaran Sampah Plastik Disebut Sebagai Sumber Utama

dokumentasi Ecoton

ratecard

MALANG - Air hujan yang terpapar mikroplastik tidak hanya terjadi di Surabaya, tetapi juga di Malang. Tim peneliti Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON) mencatat beberapa wilayah yang terpapar mikroplastik tersebar di wilayah Kota Malang hingga Kabupaten Malang.


Manajer Devisi Edukasi Ecoton, Alaika Rahmatullah, mengatakan temuan air hujan yang terpapar mikroplastik itu berdasarkan proses penelitian dengan metode pengujian air hujan pada 7-9 November 2025 lalu, di lima kawasan Kota Malang dan Kabupaten Malang. Kelima kawasan tersebut yaitu di Sudimoro, Gadang, Merjosari di Kota Malang; Singosari di Kabupaten Malang; dan Blimbing di Kota Malang. "Dari hasil pengujian, menunjukkan bahwa kelima wilayah itu positif terkontaminasi mikroplastik," kata Alaika, Selasa (18/11/2025).


Dari kelima wilayah itu, konsentrasi tertinggi ada di wilayah Blimbing, Kota Malang, dengan besaran 98 partikel per liter. "Jenis mikroplastik yang paling dominan adalah fiber atau serat halus plastik sintetis, jumlahnya mencapai lebih dari 80 persen dari total partikel, disusul oleh film atau filamen yaitu lapisan tipis dari kantong plastik atau kemasan sekali pakai dan fragmen yang merupakan pecahan kecil plastik keras," ujar dia.


Ada dua penyebab utama mikroplastik tersebut mencemari air hujan, yakni akibat emisi pembakaran sampah plastik dan fragmentasi sampah plastik yang terakumulasi secara terbuka. "Sehingga mikroplastik itu terdistribusi ke atmosfer, kemudian mengalami deposisi basah melalui air hujan," jelasnya. Saat masyarakat membakar sampah plastik, partikel mikroskopis plastik akan ikut terlepas ke udara bersama asap dan debu. Partikel-partikel itu kemudian terbawa angin, lalu mengalami pengembunan di atmosfer, kemudian turun kembali ke permukaan bumi bersama butiran hujan. "Mekanisme ini dikenal sebagai wet deposition, di mana udara tercemar menjadi medium baru penyebaran plastik,” ujar Alaika.


Alaika merinci, kontribusi terbesar mikroplastik pada air hujan bersumber dari sektor pembakaran sampah plastik mencapai 55 persen; disusul sektor transportasi melalui abrasi ban dan aspal mencapai 33,3 persen; sektor rumah tangga termasuk laundry dan tekstil domestik 27,7 persen; limbah kemasan plastik yang tidak terkelola 22 persen; dan aktivitas pariwisata 11,1 persen. "Dari temuan ini menegaskan, bahwa polusi mikroplastik secara konkret telah menjadi ancaman yang serius terhadap kualitas udara ambien dan sumber daya air yang vital bagi kehidupan masyarakat," tuturnya.


Ukuran mikroplastik yang sangat kecil memungkinkan partikel terhirup langsung melalui sistem pernapasan atau terbawa air hujan ke tanah, sungai, dan air tanah yang menjadi sumber air minum masyarakat. Beberapa studi internasional, seperti yang diterbitkan di Science of the Total Environment (2022) dan Environmental Pollution (2023), menunjukkan bahwa mikroplastik di udara dapat membawa logam berat seperti timbal dan kadmium, serta senyawa kimia berbahaya seperti Bisphenol-A (BPA), phthalates, dan flame retardants. "Zat-zat ini memiliki efek toksik pada manusia," kata dia.


Dampaknya berisiko pada peradangan saluran pernapasan akibat paparan partikel asing pada jaringan paru-paru, stres oksidatif dan kerusakan sel yang dapat memicu gangguan pada sistem kekebalan tubuh, gangguan hormon atau endokrin disruptor yang mempengaruhi keseimbangan hormon reproduksi, tiroid dan metabolisme, serta potensi karsinogenik akibat akumulasi bahan kimia aditif di jaringan tubuh.


Temuan ini menjadi fenomena terbentuknya siklus plastik atmosferik, di mana partikel plastik yang berasal dari pembakaran sampah mengalami kondensasi dan kembali ke permukaan bumi bersama hujan. "Partikel mikroplastik yang turun bersama air hujan bukan hanya mencemari lingkungan, tapi juga membuka jalur paparan baru bagi manusia melalui udara yang dihirup, air yang diminum, dan tanah," terang Alaika.

Pilihan Untukmu