Seringkali setelah kita mendapatkan gaji, tanpa sadar kita gunakan untuk apa uang kita akan cepat menipis bahkan hingga habis. Pasti hal ini banyak dialami oleh anak muda saat ini, terutama pada generasi milenial dan generasi Z.
Salah satu hal yang mendorong hal itu adalah fenomena Latte Factor. Apa sebenarnya makna atau arti dari fenomena ini?
Latte factor sendiri merupakan sebuah konsep yang cukup populer dalam manajemen keuangan. Isitilah Latte factor ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang penulis yang bernama David Bach.
Fenomena ini digunakan untuk menggambarkan pengeluaran – pengeluaran yang kecil namun dilakukan cukup rutin, jika hal itu dihitung dan dikumpulkan maka hal itu akang menguras keuangan.
Walaupun diberi nama dengan istilah Latte factor hal ini tidak berhubungan dengan kebiasaan membeli atau mengonsumsi kopi. Fenomena ini lebih kepada pengeluaran yang dirasa sepele, seperti halnya membeli makanan ringan atau berlangganan tontonan yang akan kelamaan akan menjadi kebiasaan yang menyebabkan boros,
Fenomena ini seringkali dilakukan oleh anak – anak muda zaman sekarang, seperti halnya kepada generasi milenial dan generasi Z. hal ini juga diakibatkan karena semakin canggihnya teknologi sehingga kita mudah mengakses apapun.
Seperti conto ketika hendak membeli baarang seperti baju atau make up kita tidak perlu jauh – jauh ke tempat cukup membeli di toko online atau online shop. Kita juga dapatmengorder makanan lewat layanan ojek online.
Untuk itu perlu kita catat pengeluaran – pengeluaran kecil yang telah kita kluarkan sehingga hal ini dapat mengurangi salah kebiasaan Latte factor itu sendiri. Selain hal itu, kita dapat memberikan skal prioritas kita terhadap sesuatu yang harus atau tidak harus kita beli.
Hal ini dimaksudkan agar kita tidak terlalu membeli hal – hal kecil yang kemudian akan membengkak dan menyebabkan keborosan.