MAGELANG - Candi Borobudur kembali menjadi saksi bisu pertemuan tingkat tinggi antara dua negara ketika Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi situs warisan dunia tersebut didampingi Presiden RI Prabowo Subianto. Kunjungan yang berlangsung pada Kamis (29/5) sore itu menjadi momen penting dimana pemimpin Prancis tersebut menyatakan kekagumannya terhadap keagungan candi Buddha terbesar di dunia ini.
Dengan latar belakang Candi Borobudur yang megah di bawah langit cerah, Macron menyampaikan pidato singkat dalam bahasa Prancis yang kemudian diterjemahkan oleh interpreter.
"Candi Borobudur tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga merupakan mahakarya spiritual arsitektur yang membuktikan keunggulan Indonesia," ujar Macron dengan penuh kekaguman. Suara penerjemah perempuan terdengar jelas mengiringi setiap kalimat yang diucapkan pemimpin Prancis tersebut dalam siaran langsung YouTube Sekretariat Presiden.
Macron lebih lanjut menjelaskan tentang nilai historis candi yang dibangun pada abad ke-8 hingga ke-9 Masehi ini.
"Candi ini terus menjadi sumber inspirasi tidak hanya bagi Indonesia tetapi juga seluruh Asia Tenggara. Keberadaannya adalah demonstrasi nyata pengaruh budaya Indonesia yang tetap relevan hingga saat ini," tambahnya.
Presiden Prancis itu juga menyoroti fungsi Borobudur sebagai tempat ibadah ratusan ribu umat Buddha sekaligus simbol semangat kemitraan antar umat beragama.
Tak lupa Macron menyampaikan penghormatan mendalam terhadap kekayaan sejarah dan artistik Indonesia yang terwujud dalam Candi Borobudur.
"Tempat ini bukan sekadar monumen batu, melainkan lambang keunggulan manusia dan sumber inspirasi bagi dunia," tegasnya dengan penuh penghayatan. Dalam kesempatan tersebut, Macron juga membahas potensi kerja sama Prancis-Indonesia di bidang kebudayaan, termasuk industri kreatif, perfilman, gastronomi, hingga desain busana.
Presiden Prabowo Subianto yang mendampingi Macron selama kunjungan tampak menyimak dengan seksama setiap ucapan tamu kehormatannya. Kedua pemimpin negara kemudian berfoto bersama dengan latar belakang kemegahan Candi Borobudur, didampingi oleh Brigitte Macron, istri Presiden Prancis. Seluruh delegasi dari kedua negara pun mengikuti sesi foto kenangan ini.
Kunjungan Macron ke Borobudur ini bukan hanya sekadar agenda protokoler, melainkan memiliki makna strategis dalam hubungan bilateral kedua negara. Sebagai situs warisan dunia UNESCO, Borobudur menjadi simbol tepat untuk menunjukkan kedalaman peradaban Indonesia yang diakui dunia internasional. Pemilihan lokasi ini juga mencerminkan komitmen kedua pemimpin dalam memperkuat pertukaran budaya sebagai pondasi hubungan kedua negara.
Para pengamat hubungan internasional menilai kunjungan ini sebagai langkah cerdas diplomasi budaya yang dapat mempererat hubungan Indonesia-Prancis. Borobudur sebagai ikon budaya Indonesia mampu menyampaikan pesan tentang kekayaan warisan budaya bangsa tanpa perlu banyak kata.
Kekaguman Macron terhadap candi ini juga diharapkan dapat membuka peluang kerja sama lebih luas di bidang pariwisata dan pertukaran budaya antara kedua negara.
Sebelumnya, Prabowo dan Macron telah melakukan sejumlah agenda bersama termasuk meninjau prajurit TNI yang sedang belajar bahasa Prancis di Akademi Militer. Rangkaian kunjungan ini menunjukkan komprehensivitas kerja sama kedua negara yang tidak hanya mencakup bidang politik dan keamanan, tetapi juga kebudayaan dan pendidikan.
Kehadiran pemimpin Prancis di Borobudur ini sekaligus menjadi promosi budaya Indonesia di kancah internasional. Dengan disaksikan langsung oleh media dunia, kekaguman Macron terhadap warisan budaya Indonesia diharapkan dapat meningkatkan daya tarik Borobudur sebagai destinasi wisata kelas dunia. Kunjungan ini juga menjadi pengingat akan pentingnya pelestarian warisan budaya bangsa untuk terus dikenang dan diapresiasi oleh generasi mendatang.
Sebagai penutup kunjungan, kedua pemimpin negara beserta rombongan berjalan mengelilingi pelataran candi sambil menikmati keindahan senja di Borobudur. Momen bersejarah ini tidak hanya akan tercatat dalam dokumen resmi kenegaraan, tetapi juga dalam ingatan kolektif bangsa Indonesia sebagai bukti pengakuan internasional terhadap keagungan warisan budaya nusantara.
