Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengonfirmasi telah meluncurkan rudal hipersonik Fattah dalam fase kesebelas Operasi True Promise III pada Rabu (18/6) dini hari. Menurut pernyataan resmi IRGC, rudal canggih ini berhasil menembus sistem pertahanan udara Israel yang selama ini dianggap paling maju di kawasan tersebut.  

IRGC menyebut peluncuran Fattah sebagai "titik balik" yang menandai awal berakhirnya dominasi sistem pertahanan rudal Israel. "Rudal-rudal Fattah yang kuat dan bermanuver lincah telah mengguncang tempat perlindungan Israel malam ini," bunyi pernyataan IRGC yang dikutip media TV Iran, Press TV. Serangan ini diklaim sebagai bukti dominasi Iran di langit wilayah konflik.  

Rudal Fattah merupakan senjata hipersonik berbahan bakar padat dua tahap dengan jangkauan hingga 1.400 km dan kecepatan terminal mencapai Mach 13-15. Diperkenalkan pertama kali pada Juni 2023, rudal ini dilengkapi nosel bergerak yang memungkinkannya bermanuver di dalam maupun luar atmosfer, membuatnya sulit diintersepsi oleh sistem pertahanan udara apapun.  

Mantan komandan kedirgantaraan IRGC, Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh, pernah menyebut peluncuran Fattah sebagai "lompatan besar" kemampuan militer Iran. Sebelumnya, hanya Rusia, China, dan India yang memiliki teknologi rudal hipersonik operasional dengan karakteristik berbeda-beda.  

Meskipun Israel memberlakukan sensor media ketat, beberapa video yang beredar di media sosial menunjukkan langit di atas Tel Aviv dan Haifa terang benderang akibat ledakan rudal. IRGC mengklaim rudal-rudal mereka berhasil menembus tiga tingkat pertahanan udara Israel.  

Operasi True Promise III fase kesebelas ini disebut sebagai yang paling intens sejak konflik dimulai. Iran menyatakan serangan ini sebagai pesan tegas tidak hanya untuk Israel tetapi juga sekutu-sekutu Baratnya. Sementara itu, belum ada pernyataan resmi dari pihak Israel mengenai efektivitas pertahanan udaranya menghadapi serangan rudal hipersonik Iran tersebut.