Breaking News :
KanalLogoLogo
Sabtu, 21 Juni 2025

Ekbis

Putin Klaim Ekonomi Rusia Tangguh Meski Pengusaha Khawatirkan Resesi

Mita BerlianaSabtu, 21 Juni 2025 14:33 WIB
Putin Klaim Ekonomi Rusia Tangguh Meski Pengusaha Khawatirkan Resesi

putin

ratecard

Presiden Rusia Vladimir Putin membantah anggapan bahwa perang di Ukraina telah menghancurkan perekonomian negaranya. Dalam Forum Ekonomi Internasional Saint Petersburg, Jumat (20/6), Putin menyoroti pertumbuhan ekonomi, tingkat utang yang rendah, dan upaya diversifikasi sebagai bukti ketahanan ekonomi Rusia.  

"Laporan tentang kematian ekonomi kami sangat dibesar-besarkan," ujar Putin, mengutip kalimat terkenal Mark Twain. Ia mengklaim 43% PDB Rusia kini tidak lagi bergantung pada sektor energi dan pertahanan, menandakan diversifikasi ekonomi yang sedang berjalan.  

Namun optimisme Putin bertolak belakang dengan kekhawatiran yang disuarakan pejabat dan pelaku usaha. Inflasi tahunan Rusia masih berada di level 9,59%, lebih dari dua kali lipat target Bank Sentral sebesar 4%. Meski menunjukkan tren penurunan sejak April 2024, tekanan inflasi tetap membebani perekonomian.  

Bank Sentral Rusia sempat menaikkan suku bunga ke level tertinggi sejak awal 2000-an pada Oktober 2024, sebelum memangkasnya menjadi 20% awal Juni 2025. Kremlin menilai langkah ini belum cukup. "Tugas terpenting kita adalah memastikan transisi ekonomi menuju pertumbuhan seimbang," tegas Putin, seraya mengakui adanya ancaman stagnasi bahkan resesi.  

Menteri Ekonomi Maxim Reshetnikov dalam sesi terpisah memperingatkan Rusia berada di ambang resesi. Keluhan juga datang dari kalangan bisnis. German Gref, CEO Sberbank, mengungkapkan belum ada pembiayaan proyek investasi baru sepanjang 2025. Alexey Mordashov, pemilik Severstal, mencatat penurunan konsumsi baja sebesar 14% dalam lima bulan pertama tahun ini dan memperingatkan potensi gelombang kebangkrutan jika kebijakan moneter ketat terus berlanjut.  

Meski menghadapi berbagai tantangan, Putin tetap mendukung Gubernur Bank Sentral Elvira Nabiullina yang dikritik karena kebijakan suku bunga tinggi dan ketidakstabilan rubel. Sementara Wakil Perdana Menteri Alexander Novak mendesak pelonggaran kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Pilihan Untukmu