Iran secara resmi menyetujui gencatan senjata dengan Israel pada Selasa (24/6) setelah lebih dari seminggu terlibat konflik bersenjata. Keputusan ini diumumkan melalui pernyataan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran yang menyatakan telah memaksa penghentian perang melalui serangan balasan yang "memalukan musuh", termasuk serangan ke pangkalan AS di Qatar dan rudal fajar ke Israel.  

Beberapa jam setelah pengumuman gencatan senjata, militer Israel melaporkan adanya dua rudal balistik yang diluncurkan dari Iran, yang mereka klaim sebagai pelanggaran kesepakatan. Menteri Pertahanan Israel Israel Katz mengaku telah memerintahkan serangan balasan ke jantung Teheran sebagai tanggapan. Namun pejabat keamanan Iran membantah tuduhan tersebut, menyatakan tidak ada rudal yang ditembakkan setelah pukul 07.30 waktu setempat.  

Gencatan senjata ini awalnya diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump sebagai kesepakatan bertahap selama 24 jam. Konflik antara Iran dan Israel sendiri dimulai sejak serangan udara Israel pada 13 Juni 2025 yang menargetkan program nuklir Iran dan menewaskan sejumlah perwira militer dan ilmuwan nuklir Iran. Eskalasi mencapai puncaknya ketika AS melancarkan serangan ke tiga situs nuklir Iran pada 22 Juni 2025, sebelum akhirnya kedua belah pihak sepakat menghentikan permusuhan.  

Dewan Keamanan Iran menegaskan bahwa semua serangan mereka sebelumnya merupakan respon proporsional terhadap agresi yang diterima. Sementara Israel tetap pada pendiriannya bahwa program nuklir Iran telah dilumpuhkan melalui serangan-serangan tersebut. Kedua belah pihak kini berada dalam fase genting pasca-gencatan senjata, dengan potensi konflik bisa kembali meletus jika terjadi kesalahpahaman atau provokasi baru.