
JAKARTA - Ratusan warga Jakarta berbondong-bondong mengikuti seleksi petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) di Kelurahan Cengkareng Timur, Jakarta Barat, meski hanya tersedia enam lowongan. Tingginya antusiasme ini dipicu oleh sulitnya lapangan kerja dan tekanan ekonomi yang menghimpit masyarakat.
Abi (37), mantan sales yang menganggur selama setahun setelah kena PHK, mengaku sudah menyebar lamaran ke berbagai perusahaan tanpa hasil. "Saya rela kerja apapun, termasuk bersih-bersih got, yang penting bisa bekerja," ujarnya. Begitu pula dengan Ali (35) yang sebelumnya bekerja sebagai admin di perusahaan swasta, kini bersedia beralih profesi meski harus bekerja di lapangan.
Lala (39), pengemudi ojek online yang penghasilannya tak mencukupi kebutuhan keluarga, juga berharap bisa diterima sebagai PPSU. "Penghasilan ojol cuma Rp50-70 ribu per hari, sementara sewa kontrakan saja Rp1,2 juta," keluhnya. Pijay (30) yang sebelumnya bekerja di sektor swasta pun rela mengangkat sampah demi memenuhi kebutuhan hidup.
Menurut Hipni dari Tim Teknis Rekrutmen, dari 225 pelamar hanya enam yang akan diterima untuk mengisi kekosongan kuota PPSU tahun 2024. Proses seleksi meliputi wawancara dan tes teknis, dengan hasil akhir akan ditentukan oleh Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Kelurahan.
Fenomena ini mencerminkan betapa sulitnya mencari pekerjaan layak di Jakarta, sehingga warga rela bersaing ketat untuk menjadi petugas kebersihan dengan gaji relatif kecil sekalipun. Kuota PPSU di Cengkareng Timur sendiri berjumlah 97 orang, dengan enam lowongan tersedia akibat ada yang purnabakti, resign, atau meninggal dunia.