JAKARTA - Pemerintah Indonesia mempercepat proses finalisasi dua perjanjian perdagangan strategis dengan Uni Eropa dan Eurasia sebagai respons atas penerapan tarif impor AS sebesar 32% di era pemerintahan Trump. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-EU CEPA) dan Indonesia-Eurasian Economic Union Free Trade Agreement (I-EAEU FTA) akan menjadi alternatif perluasan pasar ekspor.  

Dalam pertemuan virtual dengan Komisioner Perdagangan Uni Eropa Maros Sefcovic (9/7), Airlangga mengungkapkan perundingan I-EU CEPA telah mencapai tahap final. "Kami sedang memfinalisasi isu teknis dan menyusun kerangka waktu ratifikasi yang hanya membutuhkan persetujuan tingkat Uni Eropa, bukan tiap negara anggota," jelasnya. Uni Eropa juga menekankan urgensi percepatan implementasi perjanjian ini untuk menciptakan stabilitas perdagangan di tengah ketidakpastian global.  

Pada hari yang sama, Airlangga melakukan pembahasan lanjutan dengan Menteri Perdagangan Eurasian Economic Union Andrey Slepnev mengenai I-EAEU FTA. Kedua pihak telah menandatangani Joint Statement penyelesaian substansial perundingan dan berkomitmen menyelesaikan proses legal scrubbing untuk penandatanganan resmi pada Desember 2025.  

Kedua perjanjian ini diharapkan dapat membuka akses pasar baru bagi produk Indonesia, meningkatkan kepastian hukum, serta memperkuat kemitraan strategis di tengah dinamika perdagangan global. Langkah ini menjadi bagian dari strategi pemerintah mengantisipasi dampak kebijakan proteksionis AS terhadap ekspor Indonesia.