
Warren Buffett, CEO Berkshire Hathaway dan salah satu orang terkaya dunia dengan kekayaan Rp2.305 triliun, membeberkan lima kebiasaan finansial yang menurutnya membuat orang terjebak dalam kemiskinan. Pertama, kebiasaan berutang yang dinilainya sebagai "lubang" finansial. "Hal terpenting saat berada dalam lubang adalah berhenti menggali," tegas Buffett yang menyarankan pelunasan utang berbunga tinggi sebagai prioritas utama.
Kedua, mengabaikan investasi pada pengembangan diri. Buffett menceritakan bagaimana kursus public speaking Dale Carnegie di masa mudanya menjadi titik balik kesuksesannya. "Investasi terbaik adalah pada diri sendiri," ujarnya. Ketiga, ikut-ikutan tren investasi tanpa riset mendalam. Buffett mengkritik mentalitas kerumunan dalam berinvestasi yang sering berujung pada pembelian di harga mahal dan penjualan di harga murah.
Keempat, kesalahan dalam mengatur anggaran dengan mendahulukan belanja daripada menabung. "Belanjalah apa yang tersisa setelah menabung, bukan sebaliknya," nasihatnya. Kelima, gaya hidup konsumtif yang melebihi kebutuhan. Meski kaya raya, Buffett tetap tinggal di rumah sederhana yang dibelinya tahun 1958. "Uang yang dihabiskan untuk gaya hidup adalah uang yang tak bisa diinvestasikan," pungkasnya.
Lima prinsip ini menjadi fondasi filosofi finansial Buffett yang terbukti mampu membangun kekayaan berkelanjutan. Dia menekankan bahwa membangun kekayaan bukan tentang pendapatan besar, melainkan kebiasaan mengelola uang dengan disiplin dan visioner.