JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan bahwa garis kemiskinan sebesar Rp609.000 per kapita per bulan tidak boleh dipahami sebagai angka individual, melainkan harus dikalikan dengan jumlah anggota rumah tangga. Rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia terdiri dari 4,72 orang, sehingga nilai riilnya mencapai sekitar Rp2,9 juta per bulan per keluarga.  

Amalia menegaskan kesalahan persepsi masyarakat yang menganggap angka Rp609.000 sebagai patokan harian per orang. "Jika diterjemahkan langsung menjadi Rp20.000 per orang per hari, itu salah besar," ujarnya. Garis kemiskinan ini merupakan batas minimal pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan pokok, termasuk makanan setara 2.100 kilokalori per hari dan kebutuhan non-makanan seperti perumahan, pendidikan, dan pakaian.  

BPS juga menekankan bahwa garis kemiskinan bersifat kontekstual dan bervariasi antarwilayah. "Garis kemiskinan di DKI Jakarta jauh lebih tinggi dibanding Yogyakarta," jelas Amalia. Angka nasional hanya bersifat rata-rata, sementara setiap daerah memiliki perhitungan berbeda sesuai biaya hidup setempat.  

Kelompok yang berada sedikit di atas garis kemiskinan tetap tergolong rentan miskin, terutama jika pengeluarannya hanya satu hingga satu setengah kali lipat dari batas tersebut. Amalia mengingatkan pentingnya memahami metodologi ini agar tidak terjadi misinterpretasi terhadap data kemiskinan yang dirilis BPS.