
Gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja resmi berlaku sejak Selasa (29/7/2025) dini hari, mengakhiri pertempuran sengit selama lima hari di wilayah perbatasan yang dipicu sengketa kuil kuno. Kesepakatan tanpa syarat ini ditandatangani kedua negara di Malaysia dengan mediasi Perdana Menteri Anwar Ibrahim selaku Ketua ASEAN.
Suasana haru menyelimuti kamp pengungsian di Samraong, Kamboja, ketika warga menyambut kabar gencatan senjata. "Saya rindu rumah dan semua barang yang ditinggalkan," ucap Phean Neth (45), salah satu pengungsi. Konflik yang melibatkan jet tempur dan artileri ini telah menewaskan 38 orang dan mengungsikan sekitar 300.000 warga dari kedua negara.
Pertemuan komandan militer kedua negara digelar pagi ini pukul 07.00 waktu setempat sebagai tindak lanjut, diikuti rencana pembentukan komite lintas batas pada 4 Agustus mendatang. Sekjen PBB Antonio Guterres mendesak kedua pihak mematuhi kesepakatan, sementara Presiden AS Donald Trump dan China disebut berperan aktif dalam proses mediasi.
Raja Thailand Maha Vajiralongkorn bahkan membatalkan perayaan ulang tahun ke-73 akibat ketegangan ini. Militer Thailand melaporkan 25 korban jiwa, sementara Kamboja kehilangan 13 warganya. Kedua negara kini berkomitmen menjaga stabilitas di perbatasan 800 km yang masih menyisakan sengketa warisan kolonial Perancis 1907.
"Kalau mereka bilang berhenti menembak, ya harus berhenti total," tegas Prapakarn Samruamjit, warga Thailand yang mengungsi ke Surin, mencerminkan harapan masyarakat akan perdamaian berkelanjutan di kawasan tersebut.