
JAKARTA - Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh terus membebani keuangan konsorsium BUMN Indonesia, dengan kerugian mencapai Rp1,62 triliun hanya dalam enam bulan pertama tahun 2025. PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai pemegang saham utama melalui PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PT PSBI) mencatat kerugian terbesar sebesar Rp951,48 miliar, setelah tahun 2024 harus menanggung rugi Rp2,23 triliun.
Pembengkakan biaya proyek yang awalnya diperkirakan Rp90,12 triliun melonjak menjadi Rp108,14 triliun akibat cost overrun US$1,2 miliar turut memperparah kondisi keuangan konsorsium. Mayoritas pendanaan proyek berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB), dengan empat BUMN Indonesia - KAI, Wijaya Karya, Jasa Marga, dan PTPN VIII - memegang 60% saham melalui PT PSBI, sementara konsorsium China menguasai 40% saham.
Menyikapi kondisi ini, Badan Pengelola Investasi Danantara (BPI Danantara) tengah mempersiapkan skema restrukturisasi utang. CEO Danantara Rosan Roeslani menegaskan upaya penyelesaian yang komprehensif sedang dievaluasi. "Kita ingin memastikan solusi yang ditawarkan bersifat tuntas, bukan sekadar menunda masalah," ujar Rosan di Jakarta, 5 Agustus 2025.
COO Danantara Dony Oskaria mengungkapkan beberapa alternatif solusi sedang disiapkan untuk diajukan kepada pemerintah, guna menyelamatkan kinerja BUMN terutama KAI yang paling terbebani. Proyek kereta cepat yang diresmikan Oktober 2023 ini terus mencatat kerugian operasional meski sudah berjalan, dengan beban utang dan bunga pinjaman sebagai penyebab utama.