JAKARTA - Meski kualitas kredit perbankan secara umum menunjukkan perbaikan dengan rasio NPL gross industri yang stabil di 2,22 persen per Juni 2025, sejumlah bank masih menghadapi tekanan signifikan dari lonjakan kredit bermasalah.

Beberapa bank bahkan mencatat angka NPL gross yang jauh melampaui batas wajar 5 persen. PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) melaporkan NPL gross sebesar 10,86 persen pada Juni 2025, meningkat dari 8 persen pada periode sama tahun sebelumnya. PT Bank of India Indonesia Tbk (BSWD) juga mengalami kenaikan tajam dari 4,35 persen menjadi 7,36 persen, sementara PT Bank KB Indonesia Tbk (BBKP) masih berada di level tinggi 10,08 persen meski mengalami penurunan dari 11,31 persen.

Tekanan kredit tidak hanya terjadi pada bank kecil. Bank besar seperti PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) juga melaporkan kenaikan NPL gross menjadi 3,3 persen dari sebelumnya 3,1 persen. Direktur Manajemen Risiko BTN, Setiyo Wibowo, mengakui bahwa lonjakan kredit macet terutama terjadi di segmen KPR non-subsidi yang disebabkan oleh menurunnya daya bayar masyarakat kelas menengah-bawah.

Bank-bank tersebut telah menyiapkan berbagai langkah mitigasi termasuk penguatan penagihan, restrukturisasi kredit selektif, dan peningkatan pencadangan modal. Otoritas Jasa Keuangan terus mengingatkan pentingnya prinsip kehati-hatian dan disiplin dalam penyaluran kredit di tengah ketidakpastian ekonomi global maupun domestik.