MALANG – Pemerintah Kota (Pemkot) Malang mendorong Terminal Hamid Rusdi menjadi salah satu titik persinggahan utama untuk rute bus Trans Jatim. Hal ini diharapkan dapat mengembalikan vitalitas dan meramaikan kembali terminal yang telah lama sepi dari aktivitas.

Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, menyampaikan dukungan penuh atas program transportasi massal yang menghubungkan kawasan Malang Raya tersebut. Ia menilai lokasi terminal yang strategis, terletak di persimpangan Kota dan Kabupaten Malang serta berdekatan dengan Pasar Induk Gadang, menjadi nilai tambah yang kuat.

"Terminal Hamid Rusdi akan menjadi tempat singgah bus Trans Jatim. Angkutan dalam kota pastinya juga akan masuk ke terminal. Saya berharap bisa meramaikan terminal," ujar Wahyu di Balai Kota Malang, Jumat (5/9/2025).

Bus Trans Jatim sendiri rencananya akan mulai beroperasi di Kota Malang pada Oktober 2025 mendatang. Rute awal yang diusulkan meliputi Terminal Hamid Rusdi (Kota Malang), Terminal Landungsari (Kabupaten Malang), dan Terminal Kota Batu. Namun, Wali Kota menyebut bahwa masukan terkait penyesuaian rute masih terus dibahas.

Dukungan juga datang dari Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Malang. Sekretaris DPC Organda Kota Malang, Purwono Tjokro Darsono, mengapresiasi rencana ini namun mengingatkan pentingnya integrasi dengan angkutan kota yang ada.

"Ini peluang bagus jika disambung dengan akses angkutan kota. Teman-teman di Kota Malang menyesaikan rute juga, sehingga saling mendukung," papar Purwono.

Ia berharap kehadiran Trans Jatim tidak hanya memudahkan masyarakat, tetapi juga diiringi dengan kebijakan yang mempertimbangkan nasib para sopir angkutan kota yang saat ini masih menghadapi kesulitan. Menurutnya, pembenahan menyeluruh dari Pemkot sangat dibutuhkan agar angkutan kota bisa menjadi penarik wisata dan mendukung gaya hidup urban.

Saat ini, sejumlah pembenahan infrastruktur seperti perbaikan atap yang rusak telah dilakukan di Terminal Hamid Rusdi untuk menyambut kehadiran Trans Jatim. Sebagai terminal tipe B, fokus layanan utama tetap pada bus antarkota dalam provinsi (AKDP), dengan angkutan kota (MPU) yang melayani meski tidak difokuskan di dalam area terminal.