Breaking News :
KanalLogoLogo
Rabu, 03 Desember 2025

Ekbis

Cuaca Ekstrem Turunkan Produksi Cabai Kulon Progo hingga 30 Persen, Petani Hadapi Busuk Buah dan Serangan Penyakit

Mita BerlianaKamis, 13 November 2025 17:26 WIB
Cuaca Ekstrem Turunkan Produksi Cabai Kulon Progo hingga 30 Persen, Petani Hadapi Busuk Buah dan Serangan Penyakit

ilustrasi cabai keriting

ratecard

KULON PROGO - Cuaca ekstrem dengan curah hujan tinggi yang melanda Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, dalam beberapa pekan terakhir menyebabkan penurunan produktivitas cabai hingga 30 persen di sentra pertanian cabai merah keriting di Pantai Trisik, Kalurahan Banaran, Kapanewon Galur. Sukarman, petani champion Indonesia asal Galur, mengungkapkan bahwa hasil panen tahun ini jauh berkurang dibandingkan kondisi normal. “Produktivitas cabai merah keriting biasanya bisa mencapai 10 hingga 15 ton per hektar, sedangkan cabai rawit sekitar 5 sampai 8 ton per hektar. Tapi tahun ini hasilnya jauh berkurang,” ujarnya saat ditemui di kawasan pertanian cabai pada Kamis (13/11/2025).


Menurut Sukarman, hujan yang terus-menerus membuat banyak buah cabai membusuk sebelum dipetik dan menyebabkan bakal buah rontok akibat kelembapan udara yang terlalu tinggi. Kondisi lembap ini juga memicu munculnya berbagai penyakit tanaman seperti antraknosa dan fusarium yang semakin memperparah penurunan hasil panen. Para petani berupaya mengatasi persoalan tersebut dengan melakukan penyemprotan fungisida dan insektisida secara rutin, namun langkah ini hanya mampu mengurangi dampak penyakit, bukan menghentikannya sepenuhnya. “Kami sudah berusaha maksimal, tapi hujan terus. Obat kadang seperti tidak mempan,” kata Sukarman. Meski produktivitas turun, harga cabai di pasaran masih relatif tinggi sekitar Rp 28.000 per kilogram, yang sedikit memberi harapan bagi petani untuk menutup kerugian akibat cuaca buruk.


Jaka Samudra, Dukuh Sidorejo di Kalurahan Banaran, mengakui bahwa penurunan hasil panen tahun ini terasa sangat berat bagi petani. “Kalau tahun kemarin bisa panen 40 sampai 50 ton per hari, sekarang tinggal 15 sampai 20 ton saja,” ungkapnya. Selain serangan penyakit yang meningkat, kualitas cabai juga menurun karena banyak buah yang lembek dan busuk di perjalanan akibat kondisi lembap. “Sampai sana dibuka sudah lonyot. Jadi rugi dua kali, hasil sedikit dan kualitas turun,” katanya. Jaka juga menyoroti fluktuasi harga yang kerap memperburuk keadaan petani, dimana harga sempat mencapai Rp 38.000 per kilogram namun turun menjadi Rp 28.000. Mayoritas cabai dari Kulon Progo selama ini berperan penting dalam memenuhi kebutuhan cabai nasional dengan pengiriman utama ke Jakarta serta kota-kota besar di Pulau Jawa dan Sumatera. Cuaca ekstrem ini menjadi pengingat pentingnya upaya adaptasi pertanian terhadap perubahan iklim melalui kolaborasi antara petani, pemerintah, dan pihak terkait.

Pilihan Untukmu