
BANDUNG - Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru), Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mulai memperkuat langkah antisipasi untuk menjaga stabilitas harga dan inflasi. Melalui High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) bertema “Evaluasi Stabilitas Inflasi dan Indikator Makro Ekonomi Triwulan III 2025”, Pemkot Bandung menggandeng Bank Indonesia, BPS, akademisi Unpad dan Unpas, serta para kepala OPD di Hotel Mercure Bandung City Centre, Rabu (12/11/2025).
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menegaskan bahwa pengendalian inflasi bukan sekadar soal angka, tetapi tentang menjaga kesejahteraan dan ketenangan masyarakat. “Salah satu hal terberat bagi pemerintahan daerah adalah menyelaraskan strategi pembangunan dengan RPJMD dan kebijakan pusat. Karena itu, semua keputusan harus berbasis data,” ujarnya. Farhan menekankan pentingnya kebijakan ekonomi yang ilmiah dan terukur, bukan berdasarkan intuisi semata.
Farhan juga mengapresiasi peran Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai penyedia data resmi yang menjadi dasar pengambilan kebijakan. “Angka dari BPS itu punya kekuatan hukum. Kalau salah bisa kena pidana. Jadi data BPS harus jadi acuan bersama,” tegasnya. Berdasarkan data BPS, tingkat inflasi Kota Bandung pada Oktober 2025 tercatat 2,53% (year-on-year), lebih rendah dibandingkan Provinsi Jawa Barat (2,63%) maupun nasional (2,86%).
Meski inflasi relatif terkendali, Farhan mengingatkan potensi gejolak harga menjelang libur akhir tahun. “Bandung ini kota wisata. Mobilitas tinggi menjelang Nataru bisa jadi peluang ekonomi, tapi juga ancaman inflasi kalau tidak diatur. Kita harus pastikan semua nyaman, yang berlibur, yang berjualan, maupun yang merayakan,” katanya. Untuk itu, Pemkot Bandung menyiapkan empat strategi utama: menjaga ketersediaan pangan, menata rantai pasok, menggelar pasar murah, dan memperkuat komunikasi publik.
Program Buruan SAE juga akan direvitalisasi sebagai bagian dari strategi ketahanan pangan. “Buruan SAE jangan hanya dianggap kebun kecil warga. Itu punya nilai strategis menenangkan psikologi publik. Kalau cabe mahal, ya alhamdulillah masih ada kentang,” ujarnya berkelakar. Sementara itu, pasar murah akan terus digelar untuk menekan kepanikan harga, serta memastikan masyarakat memiliki rasa tenang menghadapi fluktuasi harga jelang Nataru.
Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Kota Bandung, Dudi Prayudi, menambahkan bahwa Bandung merupakan kota konsumtif dengan ketergantungan pasokan pangan dari luar daerah. “Ketergantungan ini membuat kita rentan terhadap fluktuasi harga. Karena itu, forum TPID ini menjadi ruang pengambilan keputusan strategis agar inflasi terkendali dan daya beli masyarakat tetap terjaga,” ujarnya. Dengan sinergi lintas lembaga, Pemkot Bandung menatap akhir tahun dengan optimisme: harga stabil, masyarakat tenang, dan pertumbuhan ekonomi tetap berkualitas.




















