YOGYAKARTA - Kementerian Kesehatan RI menggelar skrining aktif Tuberkulosis (TBC) bagi 2.000 pelaku wisata di kawasan Malioboro dan Keraton Yogyakarta sebagai upaya memperkuat pengendalian penularan penyakit di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kegiatan ini disertai investigasi kontak keluarga pasien TBC untuk meningkatkan temuan kasus secara dini.

Wakil Menteri Kesehatan RI, dr. Benjamin Paulus Octavianus, mengapresiasi kolaborasi lintas sektor yang memungkinkan pelaksanaan skrining berbasis laboratorium di dua pusat wisata tersibuk itu. Ia menegaskan bahwa Malioboro dan Keraton memiliki pergerakan wisatawan mencapai 15 juta pengunjung per tahun, sehingga deteksi dini di lokasi tersebut memiliki dampak strategis.

TBC masih menjadi tantangan bagi DIY, di mana penemuan kasus baru mencapai 65%, 93% pasien memulai pengobatan, dan tingkat keberhasilan pengobatan 79%. Cakupan Terapi Pencegahan TBC (TPT) tercatat baru 22% dan investigasi kontak 53%, sementara di Kota Yogyakarta penemuan kasus sudah 100% namun keberhasilan pengobatan baru 73%.

Program skrining ini turut mendukung Hasil Terbaik Cepat (HTC) Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, khususnya percepatan penurunan kasus TBC, perluasan layanan kesehatan gratis, dan penguatan jejaring laboratorium nasional.

Pada kesempatan yang sama, Kemenkes juga meluncurkan Model ACF Tuberkulosis Berbasis Laboratorium, sebuah model skrining aktif yang dapat direplikasi di berbagai daerah dengan mobilitas penduduk tinggi, termasuk kawasan wisata. Wamenkes berharap model ini menjadi praktik baik untuk mempercepat penemuan kasus di wilayah lain.

Kemenkes menegaskan komitmen untuk memperluas skrining aktif TBC, meningkatkan cakupan TPT, memperkuat surveilans berbasis komunitas, serta mengintegrasikan layanan TBC dalam transformasi layanan primer di seluruh Indonesia.