Serangan fajar adalah istilah yang merujuk pada praktik politik uang yang umum terjadi di Indonesia, terutama saat menjelang pemilihan umum (Pemilu).

Istilah ini menjadi viral di media sosial menjelang Pemilu 2024, di mana banyak netizen melaporkan pengalaman mereka terkait praktik ini.

Menurut Pusat Edukasi Antikorupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), serangan fajar mencakup berbagai bentuk pemberian, seperti uang tunai, paket sembako, voucher pulsa, dan barang-barang lain yang memiliki nilai ekonomi.

Biasanya, serangan fajar dilakukan oleh para politisi yang berusaha membeli suara pemilih.

Mereka sering membagikan amplop berisi uang atau bantuan sembako yang disertai dengan informasi calon tentang yang diusung. 

Hal ini bertujuan untuk mempengaruhi pemilih agar memilih partai atau kandidat tertentu.

Dalam beberapa kasus, serangan fajar juga dapat melibatkan penggunaan teknologi digital, seperti transfer uang melalui aplikasi pembayaran.

Menjelang Pemilu 2024, istilah serangan fajar menjadi trending topik di media sosial. 

Banyak pengguna platform seperti X (dulu Twitter) melaporkan bahwa mereka atau orang-orang terdekat mereka telah menerima tawaran untuk terlibat dalam praktik ini.

Dengan lebih dari 50.700 postingan terkait serangan fajar, fenomena ini menunjukkan betapa luasnya penyebaran informasi dan pengalaman masyarakat mengenai politik uang.

Praktik serangan fajar tidak hanya mengganggu integritas pemilu tetapi juga menciptakan budaya politik yang buruk.

Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu) telah mengawasi dan mengingatkan masyarakat untuk melaporkan setiap indikasi serangan fajar.

Mereka mencegah upaya praktik ini dengan meningkatkan pengawasan di lapangan, termasuk menyatukan pola-pola baru seperti penggunaan uang digital.