
Fenomena meme anomali atau yang juga dikenal sebagai Italian brainrot tengah ramai di TikTok dan menjadi tontonan favorit anak-anak, khususnya generasi Alpha. Sayangnya, konten ini justru mengkhawatirkan para ahli karena berdampak langsung pada kesehatan saraf dan perkembangan mental anak.
Meme anomali menampilkan karakter-karakter absurd hasil olahan AI yang merupakan gabungan dari hewan, manusia, dan benda mati. Karakter seperti “Tung tung tung sahur” dan “Ballerina cappuccina” viral karena bentuk dan tingkah laku mereka yang tak biasa. Tapi, di balik tampilannya yang lucu dan absurd, konten ini ternyata menyimpan bahaya tersembunyi.
1. Overstimulasi Saraf Otak
Menurut Dr. Taufiq Pasiak, ilmuwan otak dan Dekan FK UPN Veteran Jakarta, video pendek yang cepat berubah dengan warna-warni ekstrem dapat memicu hiperaktivitas sistem dopaminergik di otak anak. Ini menyebabkan overstimulasi, di mana saraf terlalu terangsang akibat potongan video yang berputar sangat cepat dan terus berubah.
Karakter aneh seperti “Tralalero Tralala”—hiu bersirip kaki memakai sepatu—dapat membuat anak terus-menerus mengalami efek kejut karena visual yang tidak biasa.
2. Menurunkan Fokus dan Self-Control
Konten TikTok yang cepat berubah membuat anak kesulitan melatih konsentrasi. Bagian otak yang mengatur perhatian dan pengambilan keputusan, yakni korteks prefrontal, belum matang pada anak-anak. Hal ini membuat mereka mudah terdistraksi dan sulit mempertahankan fokus dalam aktivitas sehari-hari.
“Konten seperti ini cepat berubah, jadi anak tidak terlatih untuk menyimak atau fokus dalam jangka panjang,” jelas Taufiq.
3. Gangguan Regulasi Emosi
Konten meme anomali sering menyuguhkan kekerasan dengan ekspresi menyenangkan, seperti tokoh memukul sambil tersenyum. Pola ini bisa membuat anak tidak mampu membedakan mana tindakan yang serius dan mana yang bercanda. Jika ditonton terus-menerus, anak bisa kehilangan kemampuan mengenali realitas dan menafsirkan emosi dengan tepat.
4. Merusak Imajinasi dan Pola Pikir Terstruktur
Berbeda dari konten edukatif yang punya alur sebab-akibat, meme anomali tidak memiliki narasi yang logis. Ini berdampak pada perkembangan metakognisi—kemampuan anak memahami dan mengatur pikirannya sendiri. Akibatnya, anak berpikir secara acak, melompat-lompat, tanpa memahami hubungan antara peristiwa.
5. Bingung terhadap Nilai-Nilai Sosial
Meme anomali juga menyuguhkan kontradiksi nilai, seperti karakter jahat tapi berwajah ramah, atau tokoh baik yang digambarkan seram. Ini bisa membingungkan anak, karena bertolak belakang dengan nilai yang diajarkan orangtua. Anak jadi ragu untuk memahami mana yang benar dan salah.
Haruskah Dilarang?
Menurut Dr. Taufiq, menonton meme anomali tidak harus dilarang sepenuhnya, tapi harus dibatasi dan didampingi. Orangtua perlu menjelaskan bahwa karakter dan cerita yang ditonton tidak mencerminkan dunia nyata. Namun, ia tetap menyarankan agar anak-anak tidak terlalu sering terpapar video pendek semacam TikTok karena berdampak pada perhatian dan kontrol diri.