
PALANGKA RAYA — Dalam semangat memperingati Hari Kebangkitan Nasional dan menjelang HUT ke-68 Provinsi Kalimantan Tengah, lima individu orang utan resmi dilepasliarkan ke Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), Kamis (22/5). Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, TNBBBR, Yayasan BOS, serta sejumlah mitra konservasi lainnya.
"Setiap pelepasliaran orang utan mencerminkan komitmen nyata kami dalam memulihkan kembali keseimbangan alam," ujar Kepala BKSDA Kalteng, Andi Muhammad Kadafi, saat dikonfirmasi di Palangka Raya.
Lima Orang Utan Kembali ke Habitat Alami
Kelima orang utan yang dilepasliarkan terdiri dari tiga betina dan dua jantan, semuanya telah melalui proses rehabilitasi panjang di Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng. Mereka dinyatakan siap untuk hidup bebas di alam liar, mengemban peran penting sebagai spesies kunci dalam menjaga ekosistem hutan hujan tropis Kalimantan.
Menurut Andi, kegiatan ini bukan sekadar agenda konservasi, melainkan bagian dari tanggung jawab moral, ekologis, dan konstitusional dalam menjaga keanekaragaman hayati Indonesia.
Simbol Kebangkitan Ekologis di Tengah Peringatan Nasional
Gubernur Kalimantan Tengah Agustiar Sabran menegaskan, kegiatan pelepasliaran ini selaras dengan tema HUT Kalteng 2025, yaitu “Kalimantan Tengah Masa Depan Indonesia”. Ia menyebut pelestarian lingkungan sebagai kunci pembangunan berkelanjutan dan warisan tak ternilai bagi generasi mendatang.
“Kebangkitan bangsa juga mencakup kebangkitan kesadaran untuk hidup harmonis dengan alam,” ujarnya.
Menjaga Hutan, Menjaga Kehidupan
Kepala Balai TNBBBR Persada Agussetia Sitepu mengingatkan bahwa kawasan konservasi seperti TNBBBR adalah benteng terakhir keanekaragaman hayati yang harus dijaga bersama. Orang utan, menurutnya, merupakan indikator kesehatan hutan dan keberlanjutan fungsi ekologis.
"Ini bukan hanya rumah bagi satwa liar, tetapi juga ruang belajar dan refleksi tentang pentingnya hidup berdampingan dengan alam," katanya.
Yayasan BOS: Konservasi Adalah Tanggung Jawab Bersama
Ketua Pengurus Yayasan BOS Jamaratin Sihite menambahkan bahwa pelepasliaran ini adalah bukti keberhasilan kerja kolaboratif antara pemerintah, mitra konservasi, pelaku usaha, dan masyarakat global.
“Konservasi orang utan bukan sekadar menyelamatkan spesies, tetapi juga menciptakan harmoni antara manusia dan alam. Ini adalah bagian dari kebangkitan ekologis yang tak bisa dilepaskan dari kebangkitan bangsa,” ujarnya.