Breaking News :
KanalLogoLogo
Rabu, 03 Desember 2025

Edukasi

Mendikdasmen Sebut Jebloknya Nilai Matematika Siswa Bukan karena Faktor Kecerdasan

Mita BerlianaSabtu, 22 November 2025 14:18 WIB
Mendikdasmen Sebut Jebloknya Nilai Matematika Siswa Bukan karena Faktor Kecerdasan

ilustrasi

ratecard

JAKARTA -  Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengungkap alasan jebloknya nilai matematika siswa SMA sederajat di Tes Kemampuan Akademik (TKA) 2025. Menurut Mu'ti, buruknya nilai matematika siswa di TKA bukan karena siswa tersebut bodoh dalam mengerjakan soal matematika. Tetapi karena mungkin karena buku yang digunakan untuk belajar dan cara guru mengajarkan tidak membuat siswa ingin terus belajar matematika.


"Bukan karena muridnya goblok bukan. Tapi mungkin cara kita mengajarkannya dan bukunya tidak mendorong mereka untuk belajar (Matematika)," kata Mu'ti di pembukaan Musyawarah Nasional ke-20 Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) di Jakarta, Rabu (19/11/2025) lalu.


Mu'ti juga menyinggung masalah rendahnya numerasi siswa-siswa di Indonesia yang menurut Mu'ti disebabkan adanya anggapan bahwa Matematika adalah materi yang sulit. Oleh karena itu, kini pemerintah tengah menyiapkan agar anak-anak bisa menilai suka dengan pelajaran Sains, Teknik, Teknologi, dan Matematika (STEM). "Jadi STEM Itu buku-buku Science yang Science, Technology, Engineering, and Math itu kita kembangkan dalam buku-buku sains yang mudah, murah dan menyenangkan," ujarnya.


Sebelumnya, Abdul Mu'ti juga pernah mengungkap alasan pembelajaran STEM di Indonesia masih dinilai sulit oleh siswa-siswa di Indonesia. Hal itu, menurut Mu'ti, berpengaruh pada terus menurunnya skor Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah kini mulai menggulirkan Gerakan Numerasi Nasional yang membangun budaya numerasi sejak dini dengan cara menyenangkan. "Agar anak-anak Indonesia tidak hanya terampil berhitung, tetapi juga memiliki kemampuan berpikir kritis, logis, dan adaptif dalam kehidupan sehari-hari," kata Mu'ti di Jakarta Selatan, Selasa (28/10/2025).


Mu'ti juga menekankan pentingnya mempelajari STEM dengan metode yang Mudah, Murah, dan Menarik (3M) dan mendorong pembelajaran matematika sejak Taman Kanak-kanak (TK). Namun tentunya dengan pendekatan yang lebih menyenangkan karena disampaikan sambil bermain. "Kami mendorong Matematika mulai diajarkan dari jenjang Taman Kanak-kanak (TK), lewat konsep dasar dan kegiatan bermain logika yang sederhana," ujarnya.


Selain STEM yang masih dianggap sulit, masalah pemerataan pendidikan juga masih menjadi salah satu yang memengaruhi skor PISA Indonesia. Utamanya pemerataan akses pendidikan, khususnya bagi daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T) yang hingga kini masih menghadapi keterbatasan sarana dan tenaga pendidik. "Kesenjangan mutu pendidikan yang masih terlihat antarwilayah, antara sekolah negeri dan swasta, maupun antara kawasan perkotaan dan pedesaan," ungkapnya. "Ketiga adalah peningkatan kualitas lulusan murid Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)," lanjut dia.

Pilihan Untukmu