Kementerian bidang pangan, melalui Menteri Zulkifli Hasan, telah mengumumkan perubahan besar terkait kebijakan subsidi untuk petani. Kini, subsidi pupuk kepada petani tidak lagi diberikan dalam bentuk bantuan langsung tunai (BLT). Sebagai gantinya, pemerintah akan menyediakan pupuk subsidi dengan total volume 9,5 juta ton.
Zulkifli Hasan menjelaskan bahwa keputusan ini diambil karena bantuan dalam bentuk uang dinilai rentan terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah. Sebaliknya, jika bantuan disalurkan dalam bentuk volume pupuk, nilai subsidi akan lebih stabil. "Pupuk-pupuk bukan uang ya. Volume, kita sudah putuskan volumenya 9,5 juta ton, kalau uangnya kurang, menyesuaikan. Kalau nggak ada, nanti Menteri Keuangan nyari. Jadi sudah diputuskan pupuk volume," ujar Zulkifli pada rakortas (21/112024).
Dalam mekanisme baru ini, penyaluran pupuk subsidi akan dilakukan langsung ke kios pupuk atau gabungan kelompok petani (gapoktan). Tugas distribusi ini akan dikelola oleh perusahaan milik negara, Pupuk Indonesia. Dengan sistem ini, pemerintah berharap distribusi pupuk subsidi lebih efektif dan langsung menjangkau petani yang membutuhkan.
Menurut Zulkifli, subsidi berbasis volume tidak hanya lebih stabil, tetapi juga lebih efisien dalam mendukung produktivitas petani. Dengan jumlah pupuk subsidi yang sudah ditetapkan, ketergantungan terhadap nilai tukar rupiah dapat diminimalisasi. “Kalau uang, itu fluktuatif. Tapi kalau pupuk, volumenya jelas, sehingga dampaknya langsung terasa oleh petani,” ungkapnya.
Target swasembada pangan pada 2027 menjadi salah satu prioritas utama pemerintah. Dengan dukungan pupuk subsidi sebesar 9,5 juta ton, diharapkan produksi pangan nasional dapat meningkat signifikan dalam waktu dekat. Pemerintah juga mendorong kolaborasi antara kementerian terkait, kelompok petani, dan pengusaha untuk memastikan program ini berjalan sesuai rencana.
Langkah ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam mendukung sektor pertanian sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia. Perubahan kebijakan ini diharapkan tidak hanya meningkatkan produktivitas petani, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan nasional di tengah tantangan global.
(Gin)