
JAKARTA — Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi trotoar di ibu kota yang dinilainya masih belum ramah bagi penyandang disabilitas. Pernyataan ini disampaikannya saat meninjau pembangunan trotoar dan saluran air di kawasan Falatehan, Blok M, Jakarta Selatan, Jumat (23/5).
Menurut Pramono, meski Jakarta sudah lebih maju dibanding kota lain, masih banyak kekurangan terutama dalam hal aksesibilitas untuk kelompok difabel. Ia menilai pembangunan infrastruktur seharusnya inklusif dan memperhatikan seluruh lapisan masyarakat.
Guiding Block Wajib Hadir untuk Disabilitas
Pramono menekankan pentingnya guiding block atau jalur pemandu bagi tunanetra sebagai fasilitas standar di jalur pedestrian. Ia mengingatkan bahwa unsur ini tidak boleh diabaikan dalam setiap pembangunan trotoar di Jakarta.
"Itu tidak boleh tidak ada. Harus wajib ada untuk disabilitas," tegasnya.
Pramono menambahkan bahwa setiap proyek infrastruktur yang dikerjakan Pemprov harus bersifat ramah disabilitas, tidak hanya mengejar estetika atau kecepatan pembangunan.
Blok M Diprioritaskan sebagai Hub Terpadu
Kawasan Blok M dijadikan area prioritas karena akan dikembangkan menjadi hub utama transportasi Jakarta. Integrasi ini akan menghubungkan Transjakarta, MRT, serta rute dari Alam Sutra dan PIK menuju Blok M.
Pemerintah tengah membangun trotoar sepanjang 1,3 kilometer serta melakukan revitalisasi terhadap sejumlah fasilitas seperti Taman Literasi Marta Christina Tiahahu dan kawasan kuliner Blok M.
Langkah ini diharapkan bisa mendorong konektivitas serta memperkuat pertumbuhan ekonomi Jakarta dari sektor transportasi dan ruang publik.
Target Selesai Oktober, Gorong-Gorong Juga Dibersihkan
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Suwondo, mengonfirmasi bahwa penataan trotoar akan berlangsung di sejumlah titik strategis, termasuk Jalan Falatehan, Raden Patah, dan Saharjo.
"Insyaallah bulan Oktober nanti sudah selesai," ujarnya.
Selain perbaikan trotoar, Pemprov juga akan membersihkan gorong-gorong dan memperbaiki konektivitas jalur pedestrian yang selama ini dinilai masih terputus-putus.
Pramono Sering Jalan Kaki, Temukan Banyak Masalah
Pramono mengungkapkan bahwa ia kerap berjalan kaki keliling Jakarta untuk melihat langsung kondisi trotoar. Dari pengalamannya, banyak ditemukan titik yang tidak terhubung dan tidak nyaman untuk dilalui.
"Saya hampir dua-tiga kali seminggu jalan kaki. Saya lihat konektivitas trotoar belum baik," ujarnya.
Ia berharap perbaikan infrastruktur ini dapat menjadi momentum penting bagi Jakarta untuk menjadi kota yang benar-benar ramah bagi semua kalangan, termasuk difabel.