
GUNUNGKIDUL - Menjelang Hari Raya Iduladha 1446 H, ketersediaan hewan kurban di Kabupaten Gunungkidul dipastikan dalam kondisi surplus dan sehat. Dari total populasi sekitar 136 ribu sapi, sebanyak 13.660 ekor telah siap potong, jauh melampaui kebutuhan lokal yang hanya 4.000–5.000 ekor. Hal ini menjadikan Gunungkidul tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan sendiri, tetapi juga menyuplai ke luar daerah.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, menyatakan, selain sapi, ketersediaan kambing dan domba juga mencukupi. Terdapat sekitar 12.000 kambing dan 2.000 domba siap jual. “Kondisi saat ini aman dan surplus. Bahkan salah satu sapi lokal dari Ngawen, dengan bobot hampir satu ton, terpilih menjadi sapi kurban Presiden RI tahun ini,” ujarnya.
Kepastian ini diperkuat dalam pemantauan lapangan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DIY bersama Bank Indonesia, Satgas Pangan, dan OPD terkait pada Kamis (22/05). Tim menyatakan bahwa stok dan kesehatan hewan kurban di Gunungkidul dalam kondisi aman dan memenuhi standar. Semua hewan, termasuk yang berasal dari luar daerah, telah dilengkapi dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH).
Kepala Biro Administrasi Perekonomian dan SDA Setda DIY, Eling Pristiawan, menyampaikan bahwa pemantauan ini merupakan agenda rutin menjelang hari besar keagamaan nasional untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga. Ia juga menegaskan bahwa protokol kesehatan hewan telah diterapkan secara ketat, termasuk pengawasan terhadap potensi penyakit seperti antraks. “Kondisi di lapangan sangat baik, tidak ditemukan penyakit menular. SOP kesehatan dijalankan sesuai ketentuan,” tegas Eling.
Eling meninjau beberapa lokasi peternakan, termasuk SR Jaya 89 dan Sawung Seto Farm. Di SR Jaya 89, terdapat sapi premium yang biasa disalurkan ke Jakarta dengan harga mencapai Rp250 juta per ekor. Nama-nama publik figur seperti Raffi Ahmad dan Ivan Gunawan menjadi pelanggan tetap. Sementara itu, di Sawung Seto Farm, sapi kurban dijual mulai Rp40 juta dan sudah dipastikan sehat.
Lebih lanjut, Eling menambahkan bahwa distribusi sapi cukup seimbang antara asal lokal dan luar daerah, sekitar 50:50. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas peternakan lokal tetap terjaga pasca pandemi PMK.
Terkait daerah yang sebelumnya sempat terdampak antraks, pemerintah telah melakukan vaksinasi. Hewan ternak dari dua kapanewon terdampak hanya boleh keluar setelah dua minggu pasca vaksinasi dan dilengkapi SKKH.
Dengan kondisi ini, TPID dan Pemkab Gunungkidul optimistis masyarakat dapat menjalankan ibadah kurban dengan aman, lancar, dan nyaman.