
JAKARTA – Keberhasilan operasional kereta cepat Whoosh pada rute Jakarta-Bandung dinilai membuka peluang besar untuk perluasan jalur hingga Surabaya guna mendorong pertumbuhan ekonomi regional. Namun para ahli menekankan pentingnya integrasi dengan moda transportasi lokal dan penyiapan infrastruktur pendukung agar manfaat ekonomi dapat dirasakan secara optimal.
Piter Abdullah, Ekonom Senior sekaligus Policy & Program Director Prasasti Center for Policy Studies, mengungkapkan bahwa peningkatan jumlah penumpang Whoosh menunjukkan respon positif masyarakat terhadap transportasi cepat ini. Data PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) mencatat jumlah penumpang hingga Juni 2025 mencapai 2.936.599 orang, meningkat 10% dibanding periode sama tahun sebelumnya.
"Peningkatan penumpang membuktikan masyarakat mulai merasakan manfaat efisiensi waktu dan kenyamanan Whoosh," ujar Piter. Namun ia menambahkan, dampak ekonomi yang lebih luas baru akan terwujud jika terdapat integrasi dengan pusat-pusat ekonomi daerah dan sistem transportasi lokal.
Rencana perluasan jalur ke Surabaya saat ini sedang dikaji pemerintah. Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi menegaskan proyek ini akan menjadi bagian dari perencanaan jangka panjang dengan skema pembiayaan non-APBN. "Kita harapkan tidak menggunakan APBN," tegas Dudy dalam diskusi media di Jakarta pekan lalu.
Dwiyana Slamet Riyadi, Direktur Utama KCIC, menyatakan bahwa rencana perluasan jalur telah tercantum dalam master plan kereta cepat nasional. Namun ia mengingatkan pentingnya dukungan pemerintah dalam penyediaan lahan dan infrastruktur dasar, mengingat pelajaran dari proyek Jakarta-Bandung yang menunjukkan beban penuh kepada operator dapat memperlambat pengembalian investasi.
Para ahli sepakat bahwa keberhasilan perluasan jalur Whoosh ke Surabaya tidak hanya bergantung pada pembangunan infrastruktur fisik, tetapi juga pada bagaimana kereta cepat ini dapat terintegrasi dengan sistem transportasi lokal dan mendorong munculnya pusat-pusat ekonomi baru di sepanjang jalurnya.