
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) tengah melakukan perombakan besar portofolio usahanya. Selain melepas empat anak usaha non-bisnis inti, Pertamina juga menutup dua entitas yang berbasis di London dan Singapura. Langkah ini menandai strategi perampingan besar-besaran agar perusahaan lebih fokus pada bisnis minyak dan gas (migas) serta energi baru dan terbarukan.
Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina, Agung Wicaksono, menyampaikan bahwa pelepasan empat anak usaha nonmigas dilakukan melalui konsolidasi dengan BUMN sejenis yang dikoordinasikan oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). “Sedang dilakukan proses konsolidasi terhadap empat sektor bisnis yang dimiliki Pertamina di bawah naungan Danantara,” ujar Agung dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (19/11/2025).
Pelepasan anak usaha ini mencakup empat sektor sekaligus yakni rumah sakit, perhotelan, maskapai penerbangan, dan asuransi. Untuk sektor rumah sakit, Pertamina melepas PT Pertamina Bina Medika Indonesia Healthcare Corporation (IHC). Proses pengalihan sahamnya ke Danantara sedang berlangsung. Pada sektor perhotelan, PT Patra Jasa yang mengelola sembilan hotel dan resort akan dilebur dengan PT Hotel Indonesia Natour (HIN), bagian dari InJourney. “Dengan kajian yang dipimpin oleh HIN, akan dilakukan implementasi proses konsolidasi ini,” kata Agung.
Maskapai Pelita Air Service (PAS) akan bergabung dalam ekosistem PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Sementara di sektor asuransi, PertaLife Insurance dan Tugu Insurance akan dikonsolidasikan dengan Indonesia Financial Group (IFG). “Secara bertahap ini bukan hanya Pertamina, tapi banyak sekali berbagai perusahaan asuransi di ekosistem BUMN yang akan dikonsolidasikan,” ujar Agung.
Selain konsolidasi domestik, Pertamina juga merampingkan jejak globalnya. Dua anak usaha di London dan Singapura telah resmi dilikuidasi pada 2025. “Di tahun 2025 ini telah selesai dilakukan likuidasi dua entitas perusahaan yang tidak lagi memiliki kontribusi strategis sebagai langkah perampingan,” kata Agung. Dua entitas tersebut adalah TRB London (Limited), yang likuidasinya rampung Februari 2025, dan Pertamina Energy Services Pte. Ltd (PES) di Singapura yang selesai Juli 2025. TRB London sebelumnya bergerak di bidang reinsurance broker dan berada di bawah Tugu Insurance, sementara PES fokus pada perdagangan minyak mentah dan produk kilang. “Ini sebagai bagian dari tahapan transformasi dan reformasi tata kelola yang berkelanjutan,” ujar Agung.
Di tengah perombakan besar ini, Pertamina memastikan kinerja keuangan dan operasional tetap terjaga sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto. Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menyebut bahwa perusahaan menjalankan “Dual Growth Strategy” untuk memaksimalkan bisnis konvensional sekaligus mempercepat transisi energi rendah karbon. Strategi ini diarahkan untuk mendukung swasembada energi, meningkatkan produksi migas, dan menyediakan energi bersih yang terjangkau.
Capaian operasional menunjukkan tren positif: produksi migas tetap di atas 1 juta MBOEPD, yield valuable kilang di atas 83 persen, volume penjualan melewati 100 juta KL, dan niaga gas stabil di atas 300 juta MMBTU. Simon menekankan pentingnya percepatan pembahasan Revisi UU Migas sebagai langkah strategis menghadapi tantangan energi nasional. “Dengan regulasi yang tepat, kita dapat mengubah tantangan menjadi peluang dan menjadikan energi sebagai pilar kedaulatan bangsa,” ujarnya. Langkah ini sekaligus memperkuat posisi Pertamina menuju target Net Zero Emission 2060.




















