Dadar
gulung berasal dari dua kata yaitu “dadar” dan “gulung”.
Dadar
artinya telur atau adonan tepung yang digoreng tipis, sedangkan gulung artinya
melipat atau menggulung.
Menurut
istilah, dadar gulung diartikan sebagai makanan tradisional yang terbuat dari
adonan tepung yang digulung.
Dadar
gulung tidak lepas dari pengaruh budaya luar dalam hal bahan dan cara
penyajiannya.
Pengaruh
budaya luar tersebut berasal dari bangsa-bangsa yang pernah datang ke Indonesia
seperti Arab, Cina, dan India.
Teknik
pembuatan kulit dadar gulung yang tipis disinyalir terinspirasi dari
kuliner-kuliner di Eropa dan Cina.
Di
Indonesia dadar gulung identik dengan warna hijau dengan isian parutan kelapa
yang dicampur gula merah.
Rasa
manis dan gurih dadar gulung menjadi cita rasa khas nusantara yang diminati
pecinta kuliner macanegara.
Di
Jawa Tengah dan Jawa Timur dadar gulung sering disajikan dalam upacara-upacara
adat atau upacara keagamaan sebagai simbol kesederhanaan dan rasa syukur
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Pada
masa lampau dadar gulung dibuat menggunakan bahan-bahan yang mudah ditemukan di
lingkungan sekitar.
Bahan-bahan
untuk membuat dadar gulung pada masa itu meliputi tepung, telur, santan, dan
kelapa.
Warna
hijau yang menjadi ciri khas dadar gulung terbuat dari daun pandan, sehingga
memiliki aroma khas dibandingkan menggunakan pewarna buatan.
Penggunaan
bahan-bahan alami dalam membuat dadar gulung inilah yang mencerminkan kearifan
lokal dan kecintaan masyarakat terhadap alam sekitar.
Meskipun
memiliki bahan dasar yang sama, tetapi di Sumatera, Bali, dan daerah lainnya
dadar gulung memiliki bentuk dan rasa yang berbeda.
Seperti
halnya makanan tradisional lainnya, dadar gulung memiliki filosofi tersendiri.
Bentuk
dadar gulung yang sederhana tetapi terbungkus rapi menggambarkan kehidupan
masyarakat bersahaja dan teratur.
Warna
hijau dari daun pandan pada kulit dadar gulung menggambarkan kesuburan dan
kehidupan yang sejahtera.
Isian
kelapa yang dimasak dengan gula merah dalam dadar gulung menggambarkan harapan
kehidupan penuh berkah dan kebahagiaan.
Dalam
budaya Jawa, dadar gulung dijadikan simbol keharmonisan keluarga.
Hal
di atas disebabkan pada proses penggulungan adonan dadar gulung dilakukan
secara hati-hati.
Sifat
kehati-hatian inilah menggambarkan kehidupan keluarga yang harus dijaga dengan
penuh kasih sayang dan kesabaran.
Seiring
perkembangan zaman dadar gulung mengalami banyak inovasi.
Inovasi-inovasi
dadar gulung tampak dari segi rasa, tampilan, maupun bahan-bahan yang
digunakan.
Jika
dulu isian dadar gulung terbuat dari parutan kelapa yang dimasak dengan gula
merah.
Kini
isian dadar gulung bervariasi mulai dari cokelat, keju, hingga buah-buahan.
Inovasi
dadar gulung yang kekinian membuat generasi muda makin tertarik untuk
mencobanya.
Bahkan
warna kulit dadar gulung tidak lagi hijau dari daun pandan.
Tetapi
ada warna merah, kuning, cokelat, dan warna pelangi yang menambah daya
estetika.
Banyak
kafe dan restoran yang menyajikan dadar gulung sebagai camilan atau hidangan
penutup.
Sebagai
camilan atau hidangan di restoran maupun kafe dadar gulung dikombinasikan
dengan plating menarik dan rasa yang
unik untuk menambah daya tarik pengunjung.
Hal
itu menunjukkan bahwa meskipun dadar gulung merupakan jajanan tradisional namun
hingga kini mampu beradaptasi seiring perkembangan zaman.
Tidak
hanya sebagai camilan atau hidangan yang disajikan di kafe maupun restoran.
Dadar
gulung juga kerap dipromosikan dalam ajang kuliner Indonesia, baik di dalam
maupun dalam negeri.
Dampak
promosi saat ajang kuliner menjadikan dadar gulung bisa dikenal di seluruh
dunia.
(edr)