
Paus Leo XIV resmi memulai masa tugasnya sebagai pemimpin Gereja Katolik dunia pada Minggu, 18 Mei 2025. Dalam misa pelantikannya di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, ia menyampaikan pesan kuat tentang pentingnya persatuan dan cinta kasih dalam memimpin umat beriman.
Acara pelantikan dihadiri oleh lebih dari 200.000 peziarah dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan Peru—dua negara yang mengklaim Paus Leo sebagai “putra bangsa”. Ia lahir di Chicago dan pernah lama berkarya sebagai misionaris di Peru.
Menghindari Otoritarianisme, Mengedepankan Pelayanan
Dalam khotbahnya yang disampaikan dalam bahasa Italia, Paus Leo XIV menekankan bahwa kepemimpinan gereja bukan soal kekuasaan, melainkan pelayanan. Ia menolak gaya kepemimpinan yang otoriter dan mengajak umat Katolik untuk berjalan bersama dalam semangat kasih.
“Ini bukan tentang memaksa orang percaya lewat propaganda atau kekuasaan,” tegasnya. “Melainkan tentang mencintai, sebagaimana Yesus mencintai.”
Paus yang memiliki nama asli Robert Prevost ini ingin mengatasi ketegangan antara kelompok konservatif dan progresif yang sempat mengemuka di masa kepemimpinan Paus Fransiskus. Ia juga menjanjikan pendekatan yang inklusif bagi semua kelompok dalam Gereja.
Melanjutkan Perjuangan Fransiskus
Meskipun tergolong baru di jajaran kardinal—baru diangkat dua tahun lalu—Paus Leo XIV bertekad melanjutkan fokus Paus Fransiskus dalam isu-isu sosial seperti perlindungan lingkungan dan pengentasan kemiskinan. Ia ingin memastikan Gereja tetap menjadi suara bagi kaum lemah dan terpinggirkan.
“Gereja harus menjadi kekuatan transformasional dalam dunia yang terpecah,” ujarnya. Kata "persatuan" dan "bersatu" ia sebut hingga tujuh kali, menunjukkan betapa pentingnya nilai tersebut dalam masa kepemimpinannya.
Santo Petrus Sebagai Panutan
Dalam pidatonya, Paus Leo XIV juga merujuk pada Santo Petrus sebagai teladan kepemimpinan yang melayani, bukan menguasai. Ia menegaskan bahwa posisi sebagai Paus bukanlah untuk memaksakan kehendak, melainkan menjadi gembala yang berjalan bersama umatnya.
Komentarnya ini disambut positif oleh banyak umat yang mengharapkan arah baru namun tetap berpijak pada nilai-nilai iman yang kuat. Paus juga diharapkan bisa menjembatani pandangan-pandangan yang berbeda dalam tubuh Gereja Katolik yang kian plural.