
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan mengklaim Indonesia telah mencapai swasembada beras pada tahun 2025. Capaian ini ditandai dengan penurunan impor beras dari 4,52 juta ton pada tahun 2024 menjadi nol pada tahun ini, sementara stok beras di Perum Bulog tercatat mencapai 3,8 juta ton.
Pria yang akrab disapa Zulhas ini menekankan bahwa keberhasilan ini bukanlah kebetulan, melainkan hasil kerja keras lintas sektor di bawah arahan Presiden Prabowo Subianto. "Tahun lalu Pak Mentan kita impor 4,5 juta (ton beras), tahun lalu. Mana, ada datanya enggak? Bisa dipaparkan? Ah ini, 2024 ini saya masih Mendag (Menteri Perdagangan), jadi saya agak hafal, ini kita impor 4,52 juta, sekarang 2005 nol, tidak ada," ujar Zulhas saat Town Hall Meeting Satu Tahun Kemenko Pangan, Jakarta Pusat, Selasa (21/10/2025).
Lebih lanjut Zulhas memaparkan, "Stok kita di Bulog berapa Pak Kabulog? Stok kita sekarang? Stok kita ada 3,8 juta di gudang, jadi kita sudah tidak impor, tapi stoknya ada 3,8. Oleh karena itu Mentan sudah berani mengatakan, sampai Desember kita tidak impor beras, artinya kita sudah swasembada pangan."
Menurutnya, kunci keberhasilan ini terletak pada pembenahan menyeluruh di lapangan, mulai dari pembangunan irigasi, penyediaan pupuk tepat waktu, hingga kebijakan harga yang berpihak pada petani. Pemerintah yang sebenarnya menargetkan swasembada beras dalam empat tahun, ternyata berhasil mencapainya lebih cepat dari perkiraan.
Capaian ini juga berdampak positif pada kesejahteraan petani, tercermin dari kenaikan nilai tukar petani (NTP) dari 116 pada tahun lalu menjadi 124 di 2025. "Kita lihat tahun lalu, nilai tukar petani itu 116. Tadi saya tanya berapa 124. Berarti ada peningkatan yang sangat signifikan. Karena apa? Pertama produktivitasnya petani kita meningkat, kira-kira 13-14 persen dibanding tahun lalu. Jadi produksinya naik, 13-14 persen, jagung 9 persen meningkat, harganya juga dibeli dengan harga yang naik," ucap Menko Pangan.
Harga gabah dan jagung juga mengalami kenaikan signifikan. Harga gabah yang sebelumnya berada di kisaran Rp 6.000 sampai Rp 6.500 per kilogram, kini naik menjadi Rp 6.500 hingga Rp 7.000 per kg. Sementara harga jagung yang semula sekitar Rp 5.000 kini meningkat menjadi Rp 5.500 sampai Rp 6.500 per kilogram.
Zulhas menambahkan, "Misalnya gabah dibeli dari Rp 6.000 - Rp 6.500, sekarang Rp 6.500- Rp 7.000. Jagung dari Rp 5.000, sekarang Rp 5.500- Rp 6.500. Sehingga sekarang orang mulai, kalau petani itu punya untung, dia akan naik. Jadi petani 100 persen, dia akan menjadi UMKM, dagang mungkin nambah, usahanya telur, dan seterusnya. Itu baru dari beras dan jagung."