
JAKARTA – PT Kereta Api Indonesia (Persero) mencatat sebanyak 5.440.079 pelanggan telah memanfaatkan teknologi face recognition pada periode Januari hingga Juni 2025. Pemanfaatan ini berhasil menghemat 12.953 rol kertas, setara dengan penghematan biaya produksi tiket fisik senilai Rp194.288.536.
Inovasi ini tak hanya meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga menjadi kontribusi KAI terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), terutama poin 12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.
“Penggunaan face recognition mengurangi pemborosan kertas, yang secara tidak langsung membantu menyelamatkan pohon dan memperbaiki kualitas udara,” ujar Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, Minggu (6/7).
Sejak pertama kali diterapkan pada 2022, total 15.520.290 pelanggan telah menggunakan teknologi ini. KAI mencatat penghematan kumulatif sebesar 36.954 rol kertas senilai Rp554.296.072.
Penggunaan sistem ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2023, tercatat 2.922.780 pelanggan menggunakan face recognition dengan penghematan Rp104,3 juta, sementara tahun 2024 meningkat menjadi 7.141.649 pelanggan dengan penghematan lebih dari Rp255 juta.
Selain face recognition, KAI juga memperkenalkan fitur carbon footprint di aplikasi Access by KAI untuk membantu pelanggan melacak jejak karbon dari perjalanannya. Inisiatif lainnya adalah penyediaan Water Station di sejumlah stasiun untuk mengurangi pemakaian botol plastik sekali pakai.
Anne menegaskan bahwa KAI menjamin keamanan data pelanggan. Sistem face recognition telah memenuhi standar ISO 27001 tentang Manajemen Keamanan Informasi. Data pengguna hanya digunakan untuk proses boarding, disimpan maksimal satu tahun, dan dapat dihapus lebih cepat atas permintaan pelanggan.
“Transparansi dan kendali atas data pribadi adalah prinsip utama kami. Penghapusan data bisa diajukan melalui aplikasi atau langsung ke petugas di stasiun,” tambahnya.
KAI berharap teknologi ini semakin diterima luas oleh masyarakat sebagai bagian dari transformasi digital dan komitmen terhadap transportasi yang ramah lingkungan. “Ini adalah langkah kecil yang membawa dampak besar. Digitalisasi bisa sejalan dengan keberlanjutan,” tutup Anne.