Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis data inflasi untuk bulan November 2024, yang mencatatkan inflasi sebesar 0,30% secara bulanan. Angka ini tercatat menjelang periode Nataru (Natal dan Tahun Baru), yang biasanya mendorong peningkatan permintaan terhadap sejumlah komoditas, terutama bahan pangan. Secara tahunan, inflasi tercatat 1,55%, sedangkan untuk tahun kalender atau year to date, inflasi berada di angka 1,12%. Kenaikan ini terutama dipicu oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau, di mana komoditas seperti bawang merah dan tomat berkontribusi signifikan terhadap lonjakan harga, memberikan gambaran tentang dinamika ekonomi yang terus dipengaruhi oleh pola konsumsi masyarakat yang meningkat menjelang liburan.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik, Amalia A. Widyasanti, mengungkapkan bahwa kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi kontributor utama inflasi di bulan tersebut, dengan kenaikan mencapai 0,78%. "Komoditas yang paling mendorong inflasi pada kelompok ini adalah bawang merah dan tomat, masing-masing menyumbang andil inflasi sebesar 0,10%," jelas Amalia dalam konferensi pers BPS di Jakarta, Senin (2/12/2024).
Selain mengukur angka inflasi secara nasional, BPS juga mencatat sebaran inflasi bulanan menurut wilayah. Dari 38 provinsi di Indonesia, sebanyak 33 provinsi mengalami inflasi, sementara 5 provinsi lainnya tercatat mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi pada bulan November terjadi di Papua dengan angka mencapai 1,4%, mencerminkan tekanan harga yang signifikan di wilayah tersebut. Sebaliknya, deflasi terdalam tercatat di Provinsi Sulawesi Barat, yang mencapai -0,17%. Perbedaan ini menunjukkan variasi tekanan harga di berbagai daerah, yang dipengaruhi oleh kondisi pasar lokal dan dinamika distribusi.
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang utama inflasi pada November 2024. Kenaikan harga pada komoditas seperti bawang merah dan tomat, yang masing-masing memberikan kontribusi 0,10% terhadap inflasi, menjadi faktor utama pendorong.
"Pada November 2024 terjadi inflasi sebesar 0,30% secara bulanan," ungkap Amalia. Ia juga menegaskan bahwa angka inflasi ini sejalan dengan kenaikan indeks harga konsumen (IHK) yang merefleksikan peningkatan harga barang dan jasa di pasar domestik.
Selain kelompok makanan, kelompok lain seperti perumahan, transportasi, dan rekreasi juga memberikan andil meskipun kontribusinya lebih kecil. Hal ini mencerminkan pola konsumsi masyarakat yang dipengaruhi oleh kebutuhan primer dan perubahan musim.
(Gin)