
PEKANBARU – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang melanda Riau diduga kuat merupakan ulah manusia. Dugaan ini muncul setelah Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto melakukan pemantauan udara menggunakan helikopter di empat wilayah terdampak, yakni Rokan Hulu, Rokan Hilir, Bengkalis, dan Dumai.
"Api muncul secara terpisah di berbagai lokasi yang berjauhan, terutama di sekitar perkebunan kelapa sawit. Ini menunjukkan pola yang mengarah pada kesengajaan," ujar Suharyanto dalam rapat evaluasi di Gedung Daerah Provinsi Riau, Selasa (22/7/2025).
Menghadapi situasi ini, BNPB mengintensifkan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) tahap keempat dengan melibatkan satu pesawat yang telah melakukan dua sorti penerbangan. Upaya ini berhasil mengurangi titik panas dari lebih 500 menjadi di bawah 100 titik. Dua helikopter juga dikerahkan untuk mendukung pembuatan hujan buatan.
Gubernur Riau Abdul Wahid telah menetapkan status tanggap darurat karhutla sejak Selasa (21/7/2025) menyusul meningkatnya titik api dalam beberapa pekan terakhir. Status ini memungkinkan mobilisasi sumber daya secara maksimal untuk penanganan darurat.
Wahid mengakui praktik pembakaran lahan masih menjadi penyebab utama karhutla. Ia meminta seluruh kepala daerah meningkatkan pengawasan dan edukasi masyarakat. Dampak karhutla tidak hanya merusak lingkungan tetapi juga mengancam kesehatan warga, dengan banyak yang melaporkan gangguan pernapasan akibat kabut asap.
Suharyanto menegaskan pentingnya penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran lahan. "Pelaku harus ditindak tegas namun terukur," tegasnya. Pemprov Riau sebelumnya telah menetapkan status siaga darurat karhutla sejak Maret hingga November 2025, namun kondisi kekeringan ekstrem memaksa peningkatan status menjadi tanggap darurat.