
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,12 persen secara tahunan (YoY) dan 4,04 persen secara kuartalan pada triwulan II-2025. Peningkatan ini dipicu oleh kuatnya kinerja sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang tumbuh hingga 13,53 persen dan menjadi penopang utama ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyambut capaian tersebut sebagai hasil nyata kolaborasi antara pemerintah, petani, dan para pemangku kepentingan. Ia menyoroti program seperti pompanisasi, percepatan distribusi pupuk, dan pembangunan infrastruktur pertanian sebagai faktor pendorong utama. “Ini bukan kebetulan, tapi hasil dari langkah nyata di lapangan,” ujarnya, Selasa (5/8/2025).
Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 13,83 persen, menjadikannya sektor kedua terbesar setelah industri pengolahan. Nilai tambah sektor ini naik dari Rp 361,5 triliun di triwulan I menjadi Rp 410,4 triliun di triwulan II-2025. Kementerian Pertanian (Kementan) menganggap pertumbuhan tersebut sebagai bukti ketahanan sektor pangan nasional.
Amran menambahkan, Kementan akan terus mendorong program pemberdayaan petani demi meningkatkan produksi dan kesejahteraan. Langkah ini juga sejalan dengan laporan FAO yang memproyeksikan produksi padi Indonesia tahun ini mencapai 55,6 juta ton, sedikit di atas rata-rata lima tahun terakhir.
Berbagai kebijakan strategis seperti percepatan tanam, program pompanisasi, hingga penambahan alokasi pupuk bersubsidi, disebut sebagai kunci utama peningkatan produksi. Kementan menyatakan akan memperkuat langkah-langkah ini dalam rangka memastikan ketahanan pangan nasional tetap terjaga.
Dalam konteks global yang penuh tekanan, sektor pertanian Indonesia justru menunjukkan daya tahan tinggi. Ke depan, pemerintah berkomitmen menjaga momentum ini melalui sinergi antarlembaga dan peningkatan akurasi data produksi untuk menopang kebijakan pangan nasional secara berkelanjutan.